A blog of everyday life and traveling experience.

Rabu, 19 November 2014

Summer 2014 : Survival (Solo Travelling) in Milan

Halo lagi! (maaf karena postingan ini tertunda sangat lama)

First of all I need to apologize to those who wish to understand the last post but too bad I wrote it in Indonesian. Eigentlich möchte ich auch gerne auf Deutsch oder Englisch schreiben, aber zurzeit schreibe ich noch auf Indonesisch weil das die Sprache die am meistens (meine Facebookfreunde) verstehen können. Also, nach 3-4 Posten, wenn Summer 2014 Serie auf Indonesisch fertig ist, dann schreibe ich auf Deutsch (eine Übung für mich).

Okay, mohon maaf bagi yang tidak mengerti paragraf yang di atas, hehehe .___.v Sekarang mari kita lanjutkan postingan saya yang sebelumnya.

Pada hari kedua saya di Jerman, saya sudah merencanakan jauh-jauh hari sebelumnya untuk pergi ke Milan. Kenapa Milan? Kenapa buka Roma, atau kota yang lain? Jawabannya adalah karena saya tidak punya banyak waktu, dan Milan merupakan kota besar terdekat dengan Swiss, berhubung saya sudah memiliki janji untuk bertemu dengan teman lama di Swiss pada tanggal 25 Juni. Jadi berangkatlah saya pada tanggal 23 Juni 2014 ke Milan dengan naik kereta, rutenya itu :

  • Haltern am See - Düsseldorf
  • Düsseldorf - Basel
  • Basel-Bern
  • Bern-Brig
  • Brig-Milano Centrale
Perjalanan di kereta berlangsung aman dan tentram, tetapi tetap saja saya merasa sedikit deg-degan dan takut dikarenakan ini merupakan pengalaman pertama saya naik kereta antar negara sendirian di Eropa. 4 tahun lalu saya tidak dapat travelling sendirian dikarenakan oleh peraturan AFS, terlebih lagi saya masih berumur 16 tahun. Perjalanan Haltern am See - Milan berlangsung sekitar 13 jam. Saya berangkat pada pukul 9 malam dari Haltern am See, dan tiba di Milan pada pukul 12.30 keesokan harinya.

Tips selama di kereta untuk perjalanan jauh dan harus ganti kereta :
  1. Jangan lupa bawa tiket kereta. Waktu itu saya menggunakan Eurailpass (akan saya jelaskan di postingan yang lain).
  2. Cek baik-baik jadwal perjalanan, jangan sampai ceroboh melihat jam dan tempat (Gleiss/Platfrom) berangkat kereta. Di Eropa keretanya cukup tepat waktu.
  3. Jika harus ganti kereta lebih dari satu kali, bawalah sedikit barang, atau sebisa mungkin satu koper kecil saja, banyaknya barang akan membuat kita membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak.
  4. Bawa buku bacaan, ipod/mp3 player, sediakan powerbank. Di kereta hiburan sangat terbatas, dan jarang terdapat sumber listrik dan internet.
  5. Bawa bantal/travelling pillow, terlebih jika menggunakan night train. Kereta malam akan berjalan lebih lambat dan berhenti beberapa jam di satu stasiun.
  6. Berbicara dengan orang di sekitar. Sekedar tanya mau ke mana dan asal dari mana. Setidaknya tidak merasa terlalu kesepian.
Teddy setia menemani
Pada saat memasuki Swiss, saya sangat senang dikarenakan saya tidak pernah ke Swiss sebelumnya. Tetapi di Basel, Bern, dan Brig saya tidak mempunyai banyak waktu untuk melihat ke sekeliling kota jadinya saya hanya berkeliaran di sekitar stasiun saja. Di Bern saya menyempatkan diri untuk ke ATM dan menarik uang, di Swiss mereka tidak menggunakan Euro melainkan CHF. Satu Euro kurang lebih 15-16rb rupiah, dan satu CHF kurang lebih 13rb rupiah.

Kereta terakhir adalah kereta dari Brig menuju Milano Centrale. Saya kurang beruntung di kereta ini dikarenakan kondisinya sangat rame, untungnya dengan menggunakan Eurailpass, saya sudah memesan tempat duduk sebelumnya, sehingga saya tidak harus berdiri sepanjang perjalanan. Sisa perjalanan saya gunakan untuk tidur.

Dan akhirnya... tibalah saya di Milan! Akhirnya saya pernah menginjak Italia! Saya sangat senang pada saat turun dari kereta, tetapi sekaligus merasa takut. Ini pertama kali saya benar-benar sendiri di negara orang, dan terlebih lagi orang-orang di sini tidak berbicara bahasa Jerman, melainkan bahasa Italia. Dan bahasa Inggris mereka pun tidak bagus-bagus amat. Saya lalu memutuskan untuk mengganti baju saya di kamar mandi terdekat, dan segera mencari cara untuk membeli Milano Card. Saya telah browsing sebelumnya dan mendapat info bahwa dengan Milano Card sudah termasuk tiket metro/bus dalam Milan untuk 24 jam, dan diskon di beberapa toko. Awalnya saya salah tempat menuju mesin tiket kereta, tetapi akhirnya setelah bertanya-tanya dan berkeliling (stasiun Milan sangat besar dan memusingkan) saya akhirnya dapat tempat membelinya, dengan harga €7. Dengan menggunakan google maps, saya lalu pergi ke hotel dengan menggunakan metro.

Hotel telah saya booking jauh hari sebelumnya melalui agoda, sebenarnya di manapun saya tidur tidak menjadi masalah, tetapi orang tua saya melarang saya untuk menginap di hostel (meskipun murah), dikarenakan banyak hostel yang campur atau laki-laki dan perempuan,dan juga tingkat keamanan lebih rendah dibandingkan dengan hotel. Akhirnya saya mendapatkan hotel dengan kamar sendiri dan harga yang lumanya (sekitar 400-500rb) bernama hotel Ambrosiana, di Via Plinio, Milan. Hotelnya (menurut Agoda bintang 3), dan ada beberapa review negatif mengenai hotel itu, tetapi saya sangat puas. Kamarnya bersih, dan wifinya bekerja dengan baik. Sarapannya sangat sederhana, tetapi tidak apa-apa. Kamar mandinya sharing jadi satu kamar mandi digunakan untuk beberapa orang.

Let the adventure begins!
Tempat masuk hotel


Pada saat check in saya cuma harus menunjukkan paspor saya, saya lalu diarahkan menuju kamar saya. Oh iya, hotel tersebut berada di lantai 3 apartemen jadi sangat disarankan untuk membawa barang seadanya dikarenakan tidak adanya lift. Setelah sampai di kamar saya lalu bersiap-siap untuk memulai petualangan saya di Milan, berhubung saya hanya mempunyai waktu kurang dari 24 jam.

Tujuan pertama saya : DUOMO! Saya telah browsing jauh-jauh hari sebelumnya tentang tempat yang harus dikunjungi di Milan, dan Duomo is on the top list. Dengan menggunakan google maps dan peta metro, saya lalu berjalan kaki menuju statisun metro terdekat (Lima), untuk menuju ke Duomo. Nah di sini saya memiliki pengalaman unik sekaligus sedikit mengerikan. 

Seorang pemuda sekitar 20 tahun jalan mendekati saya dan berkata "Do you speak English? I want to go to Duomo but I don't know which way I should go?" Dengan bodohnya saya lalu berkata kalau saya juga ingin ke sana dan saya menunjukkan jalur mana yang harus dia ambil. Saya lalu mengeluarkan handphone saya, dan cowok itu (namanya lupa) meminjam hape saya. Dengan tololnya saya meminjamkannya. Dia lalu dengan asyik memakai handphone saya untuk facebookan sementara saya dengan sangat waspada berdiri di sampingnya dan bersiap untuk mengejarnya jika ternyata dia pencopet. Tetapi pada akhirnya dia mengembalikan hape saya (plus selfie) lalu pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Seriously?

Selfie with stranger!


Hello DUOMO!

Kesal saya berhenti dengan cepat dikarenakan saya tiba di Duomo. Finally, akhirnya saya tiba disini! Disaat saya sedang asyik memotret sekitar, seorang pria lalu datang menghampiri saya dan menaruh jagung di tangan saya, dan otomatis semua burung yang ada di sekitar situ datang menghampiri saya. Saya sudah menolak kepada orang tersebut, tetapi dia tetap memberikan tangan saya jagung. Dia menawarkan untuk memfoto saya tetapi saya tidak mau, karena takut hape saya dicopet. Dan tau apa yang terjadi setelah itu? Laki-laki itu lalu meminta bayaran, dan bayarannya juga €20 -_- Katanya untuk orang biasa harganya €100, tetapi karena saya dari Indonesia jadi €20 saja, tetapi setelah tawar menawar (dan saya cukup kesal karena ditipu dan dijebak) saya akhirnya hanya membayar €10. Tetapi di saat saya meminta untuk difotokan, teman pria tersebut datang dan memberikan saya jagung lagi dan pada akhirnya meminta bayaran juga -_- Bayangkan betapa kesalnya saya kehilangan €20 di jam pertama saya di Milan.

Jagungnya mahal loh wkwkwkw :v


Foto €20 T_T

Setelah membayar, saya pun berjalan di sekeliling duomo, menyempatkan diri membeli gelato dan postcard, lalu berjalan-jalan lagi. Tetapi dikarenakan baterai hape saya sudah hampir habis (dan saya tidak membawa camdig, jadi hape merupakan satu-satunya sumber kamera saya), saya lalu balik lagi ke hotel untuk mengcharge handphone saya satu-dua jam sambil merencakan kemana saya akan pergi. Saya awalnya mau pergi ke stadiun San Siro tetapi karena sudah agak sore (takutnya tutup) saya lalu pergi jalan-jalan di sekitar kota saja. Dan, sebelum memasuki metro saya lalu sadar tiket saya hilang dan saya harus membeli ulang (untungya harganya cuma €4.5 yang berlaku seharian). Sebelum jalan-jalan saya kembali ke Milano Central untuk membooking tempat duduk untuk perjalan saya ke Swiss. Setelah jalan-jalan di beberapa tempat, saya ingin pulang tetapi hujan deras. Dan bodohnya saya melupakan payung saya di hotel. Saya lalu menunggu hujan reda dan mengambil bus dengan rute menuju Milano Central karena saya tidak hafal jalan pulang. Tetapi untungnya saya mengingat jalanan sekitar hotel saya dan turun pas di depan hotel.

Gelato, everyone?


Dikarenakan perut lapar hampir kehujanan dan berjalan kaki dalam waktu yang lumayan lama, saya lalu mencari tempat makan di sekitar hotel, dan akhirnya mendapat tempat makan yang cukup hangat dan nyaman (sayangnya lupa nama tempatnya). Saya lalu memesan pizza tuna dan segelas coca-cola, dan membayar €15 setelah makan. Setelah itu saya lalu pulang dan tidur.

Pizza for dinner!

Paginya saya bangun pukul 5 karena saya ingin secepatnya ke tempat yang belum sempat saya datangi. Saya lalu menyimpan barang saya di Milano Centrale (€5/koper) lalu pergi ke San Siro. Sayangnya hujan dan saya hampir di kejar anjing. Harga untuk masuk ke museum San Siro lumyan mahal (€16), dan dikarenakan saya tidak punya banyak waktu saya tidak sempat mengikuti turnya. Tetapi saya lumanya senang dapat mengunjungi stadion tersebut, dan saya dengan terburu-buru kembali ke Milano Centrale, mengambil barang yang saya titipkan, dan segera menuju ke kereta. Hampir saja saya ketinggalan kereta (untungnya tidak).

San Siro!


Tips ketika sendirian/grup di Milan:
  1. Berhati-hatilah dengan orang sekitar, apalagi di sekitar Duomo. Banyak pencopet, penipu, dan lain-lain sebagainya.
  2. Minimalkan membawa uang cash. 
  3. Berpakaian layaknya seperti turis biasa, tidak usah dandan berlebihan,semakin bermerek barang-barang maka semakin tertarik pencopet dkk mendekati.
  4. Beli kartu kereta untuk satu hari, 2 hari (tergantung berapa lama di sana). Milano Card tidak saya sarankan untuk yang bepergian waktu singkat.
  5. Sediakan peta metro di kantung, atau google maps selalu on jika anda terlalu malu untuk bertanya arah.
  6. Sedia payung sebelum hujan (tergantung musim)
Biaya yang saya habiskan selama saya di milan selama sehari tidak melebihi €100.

Dan itulah cerita mengenai perjalanan saya di Milan. Next post will be about my adventure in Switzerland! Stay in touch and thanks for reading!

1 komentar on "Summer 2014 : Survival (Solo Travelling) in Milan"