A blog of everyday life and traveling experience.

Senin, 17 Juni 2013

Naiknya harga BBM : Setuju atau Tidak? Apa yang harus pemerintah lakukan? Apa yang harus mahasiswa lakukan?

A battle lost or won is easily described, understood, and appreciated, but the moral growth of a great nation requires reflection, as well as observation, to appreciate it. - Frederick Douglass

(gambar: universal.hermantan.com)


Hari ini, 17 Juni 2013, dapat dilihat di berita-berita dan di radio maraknya aksi demo mahasiswa di Makassar. Seharian ini sebagian waktu saya berada di atas mobil dan mendengar berita tentang demo, ketertiban jalan, dan pendapat-pendapat masyarakat tentang naiknya harga BBM. Di postingan sebelumnya saya membahas tentang pantas tidaknya demo mahasiswa tanpa memberitahukan pendapat saya tentang kenaikan harga BBM, tetapi di posting kali ini, saya ingin mengutarakan pendapat saya.

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber kehidupan masyarakat Indonesia. Bayangkan hidup kita tanpa BBM. Masyarakat menjadi sangat tergantung dengan BBM, kenaikan harga sedikitpun akan membuat masyarakat resah, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Untuk harga bensi yang Rp4.500 saja masih mahal buat mereka, apalagi kalau dinaikkan Rp6.000. Kenaikan harga akan memicu banyak hal, yang paling menjadi kekhawatiran terbesar masyarakat adalah naiknya harga bahan pokok yang berbanding lurus dengan harga BBM.

Sebuah keputusan yang dikeluarkan tidak ada yang sempurna. Semua memiliki sisi positif dan negatif. Tidak ada rencana yang 100% sempurna. Jadi sebenarnya, wajar saja jika mahasiswa yang mewakili masyarakat menunjukkan pendapat mereka, demonstrasi, orasi. Itu hal yang wajar. Tanpa mahasiswa yang mengekspresikan pandangan masyarakat, tidak akan ada tambahan pertimbangan oleh pemerintah. Tidak ada perubahan. Kebebasan berpendapat. Sebagai negara demokrasi itu adalah hal yang sangat wajar.

Tetapi, perlukah harga BBM dinaikkan? Jawaban saya pribadi Ya. Harga bahan bakar minyak perlu dinaikkan, mau tidak mau suatu saat harga bahan bakar minyak naik. Mahasiswa yang berdemonstrasi dapat berhasil untuk menggugah hati pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM sekarang, tetapi mungkin tahun depan, atau beberapa tahun kedepan, issue ini akan muncul lagi dan hal yang familiar akan melanda negara kita lagi: demonstrasi, aksi anarkis, boikot jalan, kenaikan harga bahan pokok dan lain-lain. Sampai kapan akan terus begini?

Kenapa harga BBM perlu dinaikkan? Terkadang, kita harus berani melihat jauh ke depan. Masyarakat yang tidak setuju dengan kenaikan BBM juga benar. Mereka khawatir tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Mereka khawatir tidak dapat makan. Dengan harga Rp4.500 per liter tingkat kemiskinan di Indonesia sudah tinggi, apalagi dengan harga Rp6.000 kan?

Tetapi, jika kita melihat dari segi lingkungan dampak positif yang dihasilkan sangat besar. Lingkungan di sekitar kita akan menjadi jauh lebih baik, tentunya kita mau anak cucu kita merasakan bumi yang lebih baik daripada kita sekarang saat ini kan? Bukannya membandingkan, tetapi setelah tinggal setahun di negara maju, saya melihat dampak yang sangat baik yang dihasilkan dengan tingginya harga BBM. Dengan harga yang dinaikkan 100% dari harga aslinya (2 kali lipat), masyarakat semakin menghargai yang namanya Transportasi Umum. Masyarakat akan berpikir dua kali jika ingin menggunakan mobil pribadi, karena menggunakan transportasi umum akan jauh lebih murah. Tentunya ini akan berpengaruh kepada global warming kan? Tidak sadarkah kita akan perubahan lingkungan yang lumayan ekstrim di negara kita? 

Selain itu, permintaan akan kendaraan motor semakin berkurang. Sadarkah kita akan banyaknya kendaraan di sekitar kita? Kadang-kadang saya iri terhadap generasi-generasi sebelum kita dimana mobil dan motor itu tidaklah terlalu banyak. Dimana orang lebih terbiasa berpergian dengan menggunakan sepeda. 

Harga BBM memang perlu dinaikkan, tetapi bukan berarti harganya dinaikkan tanpa ada tindakan lain yang pemerintah lakukan. Dengan naiknya BBM, ada banyak yang harus pemerintah lakukan agar bukan lingkungan dan ekonomi negara saja yang menjadi lebih baik, tetapi masyarakat juga dapat menerima kenaikan harga tersebut.

  • Sistem transportasi umum masih banyak yang harus diperbaiki, terutama kota-kota di luar pulau Jawa. Semakin bagusnya sistem transportasi umum, semakin masyarakat senang untuk menggunakannya. 
  • Menaikkan harga pajak kendaraan untuk keluarga yang memiliki lebih dari satu mobil (bisa disesuaikan tergantung banyaknya jumlah anggota keluarga tersebut). Tentunya masyarakat akan lebih berpikir untuk membeli mobil baru. Sekarang saja jalanan sudah sering macet.
  • UMR dinaikkan.
  • Adanya semacam subsidi-silang. Penggunaan BBM Non-Subsidi masih belum 100% terlaksana, ada banyak kota yang belum menerapkan sistem BBM Non-Subsidi.
  • Mutu pendidikan diperbagus, dan dipermurah sampai digratiskan, sehingga tidak ada lagi anak yang putus atau bahkan tidak sekolah. Negara yang maju lahir dari generasi yang cerdas.
  • dll
Kenaikan harga BBM akan selalu dimarakkan dengan aksi pemerintah. Dapat kita lihat di TV-TV saat ini, headline news akan lebih banyak memuat tentang aksi-aksi mahasiswa di berbagai kota. Seperti yang telah saya tulis di beberapa paragraf sebelumnya, demo itu tidak apa-apa. Wajar. Tetapi juga sudah anarkis, apakah itu masih bisa dibilang wajar? Kita boleh memang marah, tetapi dengan memboikot jalan, membakar ban mencermikan bangsa yang tidak maju. Bangsa yang ketinggalan. Katanya ada juga yang bilang kalau yang anarkis itu bukan mahasiswa tetapi oknum ketiga. Bagaimana jika demo-demo selanjutnya, mahasiswa yang demo harus memakai almamater? Jadi akan terlihat jelas yang mana yang mahasiswa dan mana yang menyusup menjadi mahasiswa. Masyarakat membutuhkan mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi, tetapi sudah merupakan hal yang salah jika aspirasi yang seharusnya disampaikan itu malah tidak tersampaikan.

Untuk menjadi negara yang lebih maju, we have to be more aware to our surroundings. Peka terhadap sekitar. Peduli terhadap masa depan anak cucu kita. 


Jumat, 14 Juni 2013

Demo Mahasiswa. Pantaskah?

(sumber gambar : republika.co.id)


Postingan kali ini adalah mengenai demo yang dilakukan oleh mahasiswa. Setelah akhirnya beberapa bulan tidak menginjakkan kaki di kota kelahiran saya, akhinrya saya dapat menginjakkan kaki kembali di Makassar. Banyak yang saya mau lakukan, dan sepertinya banyak rapat dan kegiatan yang sudah menunggu jauh hari sebelumnya.

Sehari sebelum pulang, di kosan teman saya di Bandung saya melihat banyak berita (bukan cuma di satu channel saja) mengenai demo di beberapa daerah mengenai kenaikan BBM. Dan yang menyedihkan, sebagian besar demo tersebut bertempat di Makassar, saya sempat mengenali lokasi yang saya lihat yaitu di depan kantor gubernur.

(sumber gambar : news.detik.com)


Dan kemarin (14 Juni 2013), ketika saya sedang berada di dalam angkot saya melihat kejadian langsung hampir sama persis dengan kejadian di TV dengan mata saya sendiri, di tempat yang sama dengan yang saya lihat di TV, di depan kantor gubernur. Di situ sudah terlihat barisan tentara yang siap mengamankan jikalau terjadi aksi yang tidak diinginkan, dan di depan pagar kantor gubernur sudah terlihat truk yang kelihatannya di boikot oleh mahasiswa. Kebetulan di angkutan umum isinya semua Ibu-Ibu dan mereka mulai berceloteh.

"Mereka itu, seharusnya kalau mau menarik hati rakyat tidak harusnya dong buat macet jalanan."
Perkataan Ibu tersebut benar. Jika mereka ingin mengambil hati rakyat, mengapa harus membuat rakyat kesal karena ulah mereka yang membuat macet. Salah seorang Ibu menjelaskan kepada saya bahwa demo terjadi hampir setiap hari, dan sampai sekarang tidak berhenti. Sebenarnya, untuk apa demo itu kalau hanya membuat rakyat risih? 

Dan ketika angkot tersebut mulai berjalan dengan nomral (macetnya sudah hilang), terlihat dari kejauhan dua orang mahasiswa berdiri di atas mobil box di depan sebuah universitas. Salah seorang mahasiswa terlihat memegang toa dan sedang berorasi. Mobil box tersebut dimiringkan di tengah jalan, sehingga hanya satu mobil yang bisa lewat setiap saat, dan jujur saya, saya sangat kesal melihat hal ini. Buat apa memboikot hampir satu jalan, toh saking bisingnya kami juga tidak bisa orasi mahasiswa tersebut.

Inti yang saya ingin bagikan di dalam posting ini adalah tentang cerita seorang Ibu mengenai tempat dia kerja. Ibu tersebut pernah bekerja di salah satu perusahaan yang sudah sangat terkenal di Indonesia, dia kebetulan mempunyai teman di bidang HRD dan sempat melihat proses pemilihan calon karyawan di perusahaan tersebut. Ternyata berkas-berkas calon pelamar itu dikelompokkan berdasarkan Almamater Universitasnya, dan universitas yang terkenal sering melakukan demo biasanya di blacklist. Katanya "Universitas ini mahasiswanya banyak yang memberontak. Kalau lulusannya masuk di perusahaan kami, bagaimana nanti jadinya?" 

(sumber gambar : lensaindonesia.com)


Perkataan Ibu tersebut benar. Meskipun tidak semua mahasiswa ikut demo dan melakukan kekerasan, tapi bukan secara personallah demo itu dilihat, tetapi berdasarkan almamater. Proses penyamarataan itu sebenarnya menyedihkan, mengingat banyak juga mahasiswa yang netral-netral saja tetapi kena imbasnya. 

"Saya juga dulu sering melihat teman saya ikutan demo waktu saya masih kuliah. Tetapi sekarang saya baru sadar, betapa jeleknya perbuatan teman saya untuk masa depan alumni kampus kami."
 Demonstrasi memang tidak dilarang, itu adalah hak setiap rakyat, asalkan mengikuti tahap-tahap yang ada, dilaporkan ke polisi, ditentukan tanggalnya, demonya tentang apa, dsb. Menurut saya demo 2 demo yang saya lihat dengan mata saya sendiri hari ini sangatlah tidak benar dan mencoreng nama baik almamater mereka. Perkataan Ibu tersebut (di quote atas) sangat benar. Mereka tidak pikir ya dengan masa depan mereka dan teman-teman di sekeliling? Memangnya berdiri di atas mobil box dan memboikot jalan itu hal yang membanggakan? Tidak berpikirkah mereka, di saat mereka melakukan hal tersebut, banyak perusahaan yang meng-blacklist almamater mereka? Tidak berpikirkah mereka bahwa peluang kerja mereka saat itu bisa berkurang drastis?

Di postingan ini saya tidak akan membahas soal setujunya saya atau tidak dengan kenaikan BBM, tetapi perlu saya katakan bahwa mau tidak mau harga BBM pasti akan naik.

Jadi, kepada para mahasiswa yang membaca postingan saya kali ini, sebaiknya kalian berpikir dua kali untuk ikut demo baik secara suka rela maupun karena dibayar. Demo tidak apa-apa, tapi jangan yang membuat rakyat resah, dan membuat siaran-siaran berita ramai memberitakannya dikarenakan keanarkisan bukan karena hal-hal yang positif dan patut dicontoh
Sabtu, 01 Juni 2013

Don't Trust "Most" of Taxi Drivers in Malaysia



So hello! It's been a while since my last post, sorry about that. Life is too hectic for awhile with final exams coming soon. Anyway, at the beginning of May I went to Malaysia to give a surprise to my sister. She took an English summer-course (even though it isn't summer yet) in Malaysia, and she didn't have any clue that I would come to visit her! (by the way I was fortunate enough to get good value ticket from Surabaya to Malaysia with Air Asia).

So I will not writing about my trip, well, I had a really good trip with my mother and my sister, but what I want to write is about Kuala Lumpur's transportation system. So I hope you find this post useful, and sorry if I have many grammar mistakes as you know I do not write in English often.

Kuala Lumpur is the capital city of Malaysia. I have to admit that it is much cleaner than Jakarta. There are lots of public transportation in KL, such as commuters, busses, trains, etc etc. Unfortunately when we arrived we didn't know much about those public transportantions so instead of finding some connection from KL Central to our hotel, we decided to take a taxi.

And that's when my impression about Malaysia changed a bit.

I lied. It changed A LOT.

As we walked from KL Central, and parked taxis were appearing, some of the drivers have already offered us to take their taxi. But when my mother asked, "Do you use meter?" they suddenly disappering, and looked a bit angry. But then, one driver came and asked, "Where do you want to go?" My mother answered, "Cheras." Then he said, "30 Ringgit." For me who didn't know how far Cheras from KL Central would think that 30 Ringgit probably okay (Well, at that time I forgot to convert Ringgit to Rupiah), but my mother shook her head and said, "No. 20 ringgit." Then the driver said, "No 20 Ringgit!" and then he walked away, muttering to other driver, "Who want to 20 ringgit to Cheras?" That's why I lost those good impressions about Kuala Lumpur.

As a girl who used to travel with public transportations (trains, U-bahn, S-bahn), taxi is not one of my favourite kind of transportation. That's why I always suggest to my mother that we should use busses to go everywhere instead of taxing those taxi. But unfortunately, our hotel wasn't in the near of any bus stop (well, one day before we left KL we just knew that there was a bus stop in front of the hotel, but the bus didn't come too often) so we didn't have any choice. We had to go by taxi, or we had to walk to the nearest bus stop which was a bit far.

Okay. So next. One day we were at KLCC and wanted to go back to our hotel. It was raining, and we needed to take taxi. And the same thing happened again. Everytime my mother asked "Do you use meter?" they just shook their heads, looked angry, then drove away without say any word. I mean, you don't need to be angry! And when my mother finally decided to bribe, they offered the price THREE TIMES than it actual price. I hate those greedy drivers!

One tip from me : Never order a taxi by phone! (unless its the driver's number). If you aren't going to airport or to other far places, they'll call you back and say there is no taxi available.

But actually, one night we met a very friendly and nice driver. His name is Devan, and he's Indian. He's really talkative. We didn't need to bribe! And he's giving us his phone number too, no matter how near we go, he'll come to us. If you are happen to go to KL, and you want his number, just comment below or give me a message on my email!

I think that's all what I could write for this moment.
So here's some pictures from Malaysia:

KLCC

Mama in front of Istana Negara 

Yeay! She's surprised!

Genting Highlands