A blog of everyday life and traveling experience.

Rabu, 28 Januari 2015

ISFiT 2015 : Pre-ISFiT. Perjuangan dari mendaftar sampai sebelum berangkat.



*klik gambar untuk perbesar*

Hallo!

Jadi setelah cerita saya tentang Summer 2014 (sebenarnya belum selesai, akan saya lanjutkan ketika punya waktu lagi), sekarang saya ingin mencirtakan persiapan saya menjelang ISFiT 2015.

Mungkin banyak yang bertanyam apakah ISFiT itu? ISFiT adalah singkat dari International Student Festival in Trodheim, festival pelajar terbesar di dunia yang berlangsung setiap 2 tahun sekali. Tahun ini merupakan kali ke 13 diadakannya ISFiT. Isfit memiliki teman yang berbeda setiap kali diadakan, dan tahun ini tema tematikanya adalah "Corruption" (Korupsi). Isfit diikuti oleh 450 peserta dari seluruh penjuru dunia.

Saya mengethaui tentang festival ini pertama kali bulan agustus lalu dari grup Internenational Office ITS di facebook, setelah saya membaca-baca webistenya, saya pun tertarik untuk ikut mendaftar, apalagi seluruh biaya selama di sana ditanggung dan bisa mendaftar untuk mendapatkan financial aid support. Biasanya dari workshop-worskhop atau conference yang diadakan diluar mengharuskan kita untuk membayar biaya pendaftaran, tetapi festival ini tidak (kecuali biaya perjalanan dan visa). Dikarenakan deadline pendaftaran masih akhir September, saya pun lalu bersantai-santai dan sebelumnya meminta izin kepada orang tua untuk ikut mendaftar. Mereka mengizinkan asalkan biaya perjalanan ditanggung oleh pihak penyelenggara. Pihak isfit memang menyediakan travel support, tetapi sangat terbatas.

Dikirimin reminder ._.

Beberapa hari sebelum deadline, saya pun lalu mendaftar. Setelah membuat akun, saya lalu mengisi profil dan membuat essay. Jadi ada 3 essay yang saya harus buat sewaktu itu, yaitu :
  • Motivation essay yang berisi kenapa saya tertarik untuk ikut festival ini, kalau bisa mencantumkan kegiatan sejenis yang sebelumnya pernah dilakukan. Di essay ini selain menulis alasan, saya juga memasukkan bahwa saya pernah mengikut Kongres Pemuda Berlin yang membahas tentang demokrasi dan toleransi pada tahun 2011 di Jerman.
  • Workshop essay. Jadi dalam festival ini, para peserta akan dibagi ke dalam 18 workshop dan pada saat mendaftar setiap orang dapat memilih 3 workshop yang tertarik untuk mereka ikuti (tetapi pada akhirnya setiap orang hanya mendapat satu workshop jika diterima). Daftar-daftar workshopnya yaitu :
    • Call for Bids
    • Capital Flow
    • Case Workshops
    • Change
    • Cultural Differences
    • Development
    • Education
    • Entrepreneurship
    • Equality
    • Governance Democracy
    • Health
    • Nature
    • Public Art
    • Revue
    • Shades of Grey
    • The Picture
    • Media
              Workshop yang saya inginkan untuk ikuti (urutan sesuai prioritas) adalah Cultural               Differences, Governance Democracy, dan The Media. Di dalam essay saya juga mencantumkan beberapa contoh yang sedang terjadi di Indonesia.
  • (Optional) Financial Aid Essay. Jadi essay ini hanya diperuntukkan untuk yang merasa membutuhkan bantuan untuk biaya perjalanan. Di essay ini saya paparkan kenapa saya membutuhkan travel support. Alasan pertama pastilah karena biaya tiket pesawat yang mahal antara Jakarta-Oslo (sekitar 10 juta)

Bukti essaynya udah keterima
Setiap essay ditulis dengan maksimal 500 kata, dan untungnya saya dapat meluangkan beberapa jam waktu saya untuk membuat essay tersebut di ruang admin RPL :D Setelah essay saya submit, saya masih bisa mengeditnya sampai dengan tanggal 30 September. Tetapi karena saya sudah merasa yakin (atau bisa dibilang sudah pasrah), saya tidak mengedit apa-apa.

Akhirnya karena kesibukan kuliah, saya mulai melupakan soal pendaftaran ini, sampai saya melihat status facebook teman saya yang bernama Roberto dari Mexico, yang mengatakan bahwa dia menerima email dari isfit bahwa essaynya telah diterima. Saya lalu memberitahunya pertama lewat facebook yang kemudian berlanjut whatsapp bahwa saya juga ikut mendaftar, dan berharap semoga kami bisa bertemu lagi di Norwegia. Kami berdua merupakan siswa pertukaran pelajar di Jerman tahun 2010-2011.

Setelah itu saya menunggu dengan sabar hasil pengumuman (kadang-kadang juga terlupakan), tetapi saya telah menandai di agenda saya pada akhir oktober untuk mengecek email.

Hampir setiap hari pada akhir Oktober dan alwal November saya mengecek email saya, dan akhirnya pada tanggal 5 November saya melihat di facebook bahwa isfit sudah mengirimkan pengumuman lewat email. Dengan deg-degan saya lalu membukan email saya dan lumayan terkejut saat membaca judul email : "Invitation to ISFiT 2015". Saya lalu  membuka website dan membaca undangan saya, dan saya sangat senang karena saya merupakan salah satu dari 450 orang yang keterima. Sebenarnya percaya tidak percaya juga ya soalnya jumlah peserta yang mendaftar mencapai angka 5000.

UWOOOOOOOOOOOOO
:') No caption needed.

Setelah mengutak-ngatik halaman website untuk participant, disitu tidak ada pengumuman sama sekali mengenai travel support. Tetapi di halaman tersebut sudah tercantum deadline-deadline, dan salah satunya adalah deadline visa, yaitu tanggal 14 November. Saya lalu panik, karena saya tau urus visa itu tidak gampang, dan kurang yaking dalam waktu 9 hari saya sudah dapat mengurus semua berkas dan terbang ke Jakarta karena diharuskan untuk mengurus di sana. Saya lalu menelfon orang tua saya, dan mereka menanyakan soal travel support. Saya lalu mengirim email ke isfit dan mereka membalas bahwa email tentang granted travel support akan dikabarkan beberapa saat lagi. Saya lalu mengurus berkas-berkas untuk visa dan memesan tiket ke pesawat. Untungnya kuliah saya libur hari rabu dan kamis, jadi saya berangkat pada hari rabu pagi dan pulang pada hari kamis pagi (tidak sampai 24 jam).

Berkas-berkas yang diperlukan untuk visa Norway kurang lebih (untuk conference):
  • Applikasi form yang diisi online
  • Pas foto
  • Invitation letter dari isfit
  • Asuransi
  • Booking tiket pulang-pergi
  • Surat keterangan dari kampus (bahasa Inggris)
Sebelum saya berangkat ke Jakarta saya mengisi form applikasi online dan membayar €60 (kurang lebih Rp980.000,-). Saya juga beberapa kali menelfon VFS untuk menanyakan soal appointment dikarenakan saya sudah trauma tidak dapat mendaftar untuk visa dikarenakan jadwal yang sudah full. Untungnya untuk mengurus visa Norway tidak diharuskan untuk membuat janji dan dapat langsung datang ke sana.

Pada saat saya tiba di Jakarta, saya lalu naik damri dari bandara Soekarno-Hatta menuju Gambir. Untungnya adik saya berkuliah di Jakarta (sebut saja nama kampusnya PPM School of Management), jadinya saya bisa nginap semalam di kosnya. Dan lebih menyenangkan lagi karena mama saya juga lagi mengunjungi adik saya, siapa yang tidak tambah senang, pastinya transpor dan makanan dibayarkan hehehe .___.v

Saya dijemput adik saya di Gambir, kami lalu naik taksi ke kosnya yang hanya berjarak sekitar 10 menit. Setelah itu saya turun dan dia lanjut ke kampus dikarenakan sedang ada ujian. Sambil menunggu adik saya, saya lalu checklist kelengkapan dokumen pengurusan visa. Kurangnya tinggal asuransi. Setelah adik saya datang (namanya Ade), kami bertiga lalu pergi ke tempat print terdekat dikarenakan saya membutuhkan printer untuk mencetak bukti asuransi tersebut. Dan tebak berapa harganya perlembar? 4 ribu rupiah -_-

Satu kesalahan saya yaitu saya lupa untuk mencatat alamat VFS, dan saya lupa bahwa mengurus visa untuk ke Norwegia tidak langsung di kedutaannya tetapi di VFSnya. Jadi awalnya kami pergi ke kedutaannya, dan diarahkan ke VFS. Untungnya VFS dan keduataan tidak terlalu jauh. Di sana saya janjian dengan Barata, anak UGM asal Jakarta yang lolos isfit juga. 

Prosesnya bisa dibilang tidak terlalu ribet, tetapi saya merasa seperti diinterogasi, ditanyain bakalan tinggal di mana, sedangkan dari isfit sendiri belum memberitahukan kabar lebih lanjut soal tempat tinggal. Mas yang meladeni kami akhirnya menyuruh kami untuk menulis bahwa dia telah menanyakan ke kami soal penginapan, dan kami menerima konsekuensinya kalau visa kami ditolak karena masalah penginapan tersebut. Saya sendiri lalu ditanya mengenai tiket. Tiket pp sudah saya booking tanggal 3 Februari pergi dan pulang tanggal 17 Februari. Dia lalu menanyakan di mana saya akan tinggal pada tanggal 3,4, 16,17 dikarenakan ISFIT berlangsung pada tanggal 5-15 Februari. Pada akhirnya saya diberi 2 pilihan, antara membooking tiket baru atau memesan hotel pada tanggal tersebut. Untungnya urusan tersebut dapat diselesaikan via online, dan saya tidak perlu ekstra untuk ke sana lagi.

Pengurusan visa selesai. Setelah kembali ke Surabaya saya lalu mendapatkan email dari ISFIT bahwa sayangnya saya tidak diberikan travel support. Ya rasanya pasti sedihlah, langsung sakit kepala juga mikirin dapat duit buat pesawatnya gimana. Akhirnya sama orang tua disuruh buat proposal, dan mulailah saya mencari contoh proposal di internet. Untungnya nemu proposal anak-anak UI yang lolos ISFIT 2009. Jadi kepada kakak-kakak mahasiswa UI yang ikut ISFIT tahun 2009 makasih banyak contoh proposalnya :D

Setelah seminggu visanya datang :D


Setelah membuat proposal (terima kasih kepada Ratih, Pur, Dery, DS yang sudah membantu mengoreksi proposa saya), saya mencoba untuk mengajukannya ke jurusan. Setelah ketemu dengan salah satu dosen (Pak Dwi), saya lalu disuruh datang lagi karena beliau harus membicarakannya terlebih dahulu di Bu Nanik. Setelah bicara dengan Bu Nanik, Alhamdulillah proposal saya di acc tetapi saya harus datang lagi bulan Januari dikarenakan waktu itu Desember dan tidak bisa untuk SPJnya (saya kurang mengerti masalah itu). Pada bulan Januari saya datang lagi ke Pak Dwi membawa proposal tersebut, dan disuruh tunggu untuk keputusan berikutnya. Akhirnya saya terima pesan dari Pak Onggo lewat facebook memberitahukan untuk menemuinya terkait isfit. Setelah berbicara akhirnya jurusan sepakat untuk membiayai saya dengan jumlah tertentu, tetapi ada yang harus di revisi di proposal. Saya tentu sangat senang karena sudah mendapatkan sponsor pertama. 

Target saya untuk sponsor-sponsor berikutnya adalah perusahaan-perusahaan di Sulawesi Selatan. Sewaktu saya ikut pertukaran pelajar lewat AFS di Jerman, saya juga mendapat sponsor dari beberapa perusahaan di Sulawesi Selatan (sebut saja beberapa Semen Tonasa, Pemerintah Kabupaten Gowa dll). Akhirnya saya menerima email dari Bank Sulselbar (Sulawesi Selatan dan Barat) yang menanyakan nomor rekening saya. Alhamdulillah dapat sponsor kedua :D

Sampai sekarang saya masih menunggu beberapa sponsor sebelum berangkat. Sponsor paling utama adalah orangtua saya yang telah membelikan saya tiket terlebih dahulu :') Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Gerakan Perempuan Anti Korupsi yang telah memberikan saya goodie bag beserta baju dan buku yang menarik :) 

all complete!


Seminggu lagi sebelum saya berangkat ke Trondheim, Norwegia, dan bisa dibilang I'm sooooooooooo excited! Saya akan berusaha untuk update sebanyak mungkin tentang ISFiT 2015, jadi jangan sungkan-sungkan untuk terus membaca ^^

link-link:
-The Global Infection (http://theglobalinfection.com/)

Minggu, 18 Januari 2015

Summer 2014 : A Reunion and an Adventure in Switzerland!

Though miles may lie between us, we are never far apart. For friendship doesn't count miles, it measures by the heart
(klik gambar untuk melihat lebih jelas)
Hello and welcome back! Jadi kita lanjut lagi cerita tentang Summer 2014 yang sangaaaat tertunda ._.

Rabu, 25 Juni 2014

Setelah hampir ketinggalan kereta di Milan (Italia),akhirnya saya duduk dengan tenang di kereta perjalanan dari Italia ke Swiss. Yeay! Tujuan saya ke Swiss ini selain jalan-jalan karena saya tidak pernah ke Swiss sebelumnya, yaitu untuk bertemu teman saya : Puchisa dari Thailand dan Valentine dari Swiss. Penasaran gimana kami bisa saling kenal? Kami bertiga merupakan siswa pertukaran pelajar dari AFS ke Jerman tahun 2010-2011, dan kebetulan kami sering bertemu di camp-camp yang diadakan oleh AFS. Puchisa dan Valentine berasal dari chapter yang sama, sementara saya berasal dari chapter yang berbeda (saya dari chapter Herne). Tetapi dalam setahun kami sering bertemu.

Tujuan saya adalah stasiun Bulle karena Valentine tinggal di sana (salah satu keuntungan dari mengikuti program pertukaran pelajar adalah mendapatkan teman dari berbagai penjuru dunia dan bisa nebeng di rumah mereka ._.v). Perjalanannya tidak berlangsung lama, yaitu sekitar 4 jam, dan saya cuma harus ganti kereta dua kali. Barang bawaan saya mulai terasa berat padahal saya tidak belanja banyak di Milan -_-

Saya tiba di stasiun Bulle sekitar pukul 4, dan saya sudah melihat Valentine dan Puchisa di stasiun. Kami pun lalu berpelukan (seperti teletubbies, yeay!) karena sudah 3 tahun tidak bertemu. Sambil bercerita kami pun membeli tiket bus karena rumah Valentine berada di desa sebelah. Perjalanan sekitar 10 menit dengan bus, setelah itu kami berjalan kaki sedikit (mendaki sedikit bukit) untuk menuju rumah Valentine. Rumahnya sangat berbeda dari tipikal rumah Eropa, bisa dibilang sangat modern (papanya Valentine orang Jepang, mungkin ada hubungannya ._.)

Setelah unpacking dan ganti baju, kami pun lalu menunggu kakak Valentine datang (mobilnya mau dipinjam), lalu kami pun berangkat. Awalnya kami mengantar kakaknya Valentine ke perpustakaan, lalu sudah itu kami berangkat ke desa sebelah (Gruyere). Tujuannya tebak ke mana? Pabrik Keju! Yeay ^^ I've never been to a cheese factory before, jadi saya sangat bersemangat dari jauh-jauh harinya sewaktu Valentine memberitahukan rencananya untuk membawa kami ke sana.

Kesan saya selama di perjalanan menuju ke pabrik keju adalah... SWISS KEREN BANGET! Pemadangannya itu loh selama di sana... Simply breathtaking. Pengen rasanya langsung pindah ke sana haha. Perjalanan berlangsung sekitar 10-20 menit.

Finally reunited <3

otw to cheese factory!
Dan akhirnya tibalah kami di pabrik keju Gruyere! Valentine kerja part-time di sana jadi dia tidak harus membayar untuk masuk ke museumnya, sementara kami harus membayar 6 Frank (harga pelajar). Harga tiket sudah termasuk contoh keju hasil olahan pabrik tersebut. Ada 3 jenis: keju yang berumur 6 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Buat saya yang paling enak adalah yang berumur 8 bulan. Setelah itu kami berjalan mengelilingi museum, disana kami dapat tau lebih lanjut tentang sejarah pabrik tersebut, bagaimana proses keju dibuat, di mana keju disimpan sebelum dipasarkan, juga kami dapat melihat langsung proses pembuatan kejunya. Selain itu juga ada kuis interaktif untuk mengetes seberapa dalam pengetahuan kami tentang proses pembuatan keju setelah tur museumnya.



Keju 6 bulan, 8 bulan, 10 bulan
Pembuatan keju
Two happy Asian girls 


Setelah berkeliling museum kami pun kembali ke rumah Valentine dikarenakan sudah malam. Kami lalu makan malam seadanya, lalu tidur.

Kamis, 26 Juni 2014

Karena kami berencana untuk keluar seharian, saya dan Puchisa bangun pagi-pagi dan mempersiapkan diri untuk petulangan berikutnya. Target kami hari ini adalah Lausanne, sebuah kota berbahasa Perancis di Swiss. Sayangnya Valentine tidak ikut karena dia harus sekolah. Setelah siap-siap dan sarapan, kami lalu berjalan kaki menuju halte bis terdekat (Cuma 2 menit jalan kaki) dan menuju Bulle Stasiun.

Perjalanan memakan waktu 1 jam, dan kami harus berganti kereta 1 kali di Palezieux, dan yang membuat kami sangat senang adalah kereta dari Palezieux menuju Lausanne menggunakan Panoramic Train, yaitu kereta dengan jendela super besar yang memungkinkan kita untuk melihat pemandangan secara maksimal. Setelah sampai di Lausasnne, kami lalu menuju ke tujuan pertama kami yaitu gereja Notre Dame, kami harus naik bus satu kali, lalu berjalan kaki sekitar 15 menit.


Perjalanan menuju Lausanne
Hampir tergoda untuk membeli *heavy breathing*
Notre Dame from below. Mirip sama yang di Paris
Panoramic view dari atas.

Setelah melihat gereja tersebut, tujuan kami berikutnya adalah Musee de Olympique (Olympic Museum), kami lalu mencari jalan ke sana dengan menggunakan google maps. Di museum olympic kami Cuma berjalan-jalan di sekitar dikarenakan menghemat uang (maklum masih mahasiswa), tetapi meskipun tidak masuk ke dalam kami cukup senang. Di halaman museum itu terdapat track lari, dan langsung menghadap ke danau Geneva.


Welcome to Le Musee Olympique!
Entah kepala dan sisa badan lainnya di mana ._.
I think I want to live here


Are you ready to run?

Waktu lebih lama kami habiskan dengan berjalan-jalan sekitar danau dan mengambil foto. Kami juga tidak lupa untuk membeli gelato dikarenakan cuaca yang cukup panas meskipun harganya relatif mahal untuk dua orang asia. Hidup di Swiss sepertinya sangat menyenangkan, tetapi harga di sana itu loh T_T Karena sikat gigi saya ketinggalan, mau tidak mau saya harus membeli sikat gigi (yang sepaket dengan odolnya) di stasiun kereta seharga 5 Franken (sekitar 50ribu).


Nomnomnom. Bubble gum and Chocolate gelato :)

Beautiful, isn't it?
Sekitaran jam 2, kami kembali menuju stasiun kereta dan menuju ke Bulle. Valentine menjemput kami di stasiun kereta dan tebak ke mana destinasi kami berikutnya? PABRIK COKELAAAAAAAAAAT! I was so excited because I’ve never been to a chocolate factory before. Perjalanan ke pabrik cokelat memakan waktu sedikit lebih lama dibandingkan ke pabrik keju kemarin. Pabrik cokelat yang kami kunjungi adalah Callier, salah satu anak dari Nestle.


Welcome to Callier!

Dari luar saja sudah tercium bau cokelat yang enak, saya semakin bersemangat untuk masuk ke dalam. Harga masuk perorang (untuk pelajar) adalah 8 Franken. Kami lalu menitipkan barang kami agar tidak repot dan menunggu antrian. Untuk tur ini bersifat audio interaktif dan kami memilih dengan bahasa Jerman. Kami harus mengantri sekitar 10-20 menit. Menurut saya turnya sangat unik dikarenakan kita berjalan dari satu ruang ke ruang yang lain dan diceritakan sejarah didirikannya pabrik. Dan setelah tur audio interaktif selesai kami lalu menuju ke ruang pembuatan cokelat. Di situ kami mendapatkan informasi tentang apa saja yang dibutuhkan untuk membuat cokelat, dan kami juga ditunjukkan pembuatan cokelat oleh mesin.

Proses pembuatan cokelat (1)
Cokelatnya dipotong-potong (2)
Looks yummy already (3)
And guess what the best part is?

Pemberitahuan kayak gini nih yang bikin seneng
Setelah ruang pembuatan cokelat itu, kami menuju ke TESTING ROOM di mana kami bisa memakan segala macam cokelat yang tersedia secara GRATIS. Iya, GRATIS! Yaa untuk saya sih yang biasanya harus mikir-mikir kalau mau beli coklat di indomaret pasti senang lah yaa boleh makan sepuasnya kayak gitu :D Pada awalnya saya dan Puchisa sanggup untuk memakan satu persatu dari sample coklat, tetapi pada akhirnya satu sample harus kami bagi dua karena sudah enek (satu kesalahan karena kami lupa untuk membawa air, jadi disarankan bagi kalian yang mengunjungi pabrik ini untuk membawa air). Setelah puas mencicipi cokelat, tur pun berakhir dan kami mengunjungi toko dari pabrik tersebut. Kalau tidak salah saya membeli sekitar 15-20 batang cokelat dengan harga total kira-kira 20 Euro .___.v
Tasting Room!

I've tasted all of these :3

Setleah puas berbelanja, kami pun menuju kota kecil yang bernama Gruyere. Kota ini dulunya (sepertinya) kerajaan kecil. Kota ini dikelilingin oleh benteng dan pada puncak teratasnya ada kastil (seperti film-film jaman dulu). Tetapi rumah warga sudah sangat sedikit di daerah ini dikarenakan isinya semua tempat makan dan toko-toko souvenir. Valentine mereservasi tempat makan malam untuk kami di tempat yang bernama Le Chalet. Karena waktu itu masih sekitar pukul 5, dan reservasi kami adalah untuk pukul 7, maka kami berjalan-jalan di sekeliling kota tersebut. Saya sangat suka dengan pemandangan pegunungan dari salah satu tembok kota tersebut. Kami juga mengunjungi kastil, tetapi tidak masuk (karena kalau masuk harus membayar lagi (sekali lagi maklumilah mahasiswi-mahasiswi Asia ini haha)). Kami hanya mengambil gambar, duduk-duduk di taman, dan ketika hampir pukul 7, kami pun segera menuju ke restoran tersebut.




view dari salah satu sudut tembok kastil

Gruyere

Hello!



Alasan Valentine memilih restoran ini karena menurutnya restoran ini yang menyediakan Cheese Fondue yang paling enak. Restorannya terkesan sangat tradisional dan pelayannya menggunakan baju tradisional. Ada banyak menu tetapi kami sudah tau bahwa kamu akan memesan cheese fondue. Setelah memesan (Valentine yang memesan menggunakan bahasa Perancis), kami lalu menunggu beberapa saat dan datanglah cheese fonduenya! To be honest, ini pertama kalinya saya melihat cheese fondue (biasanya hanya cokelat fondue). Rasanya? 10/10. Tetapi harus diingat ketika habis memakan banyak keju sangat tidak disarankan untuk meminum air. Yang disarankan untuk diminum adalah teh atau soda.


our menu



Setelah kenyang dengan cheese fondue, saya dan Puchisa mau mencoba dessert ala Swiss, yaitu es krim yang disajikan dengan Meringue (semoga ejaannya sudah benar). Satu porsi kami bagi dua lalu setelah itu waktunya untuk membayar, dan tebak berapa banyak yang harus kami bayar? Sekitar 200 Franken (Sekitar 2 juta). Untungnya sebelum sempat mengambil dompet Valentine lalu mengeluarkan uang sambil mengatakan bahwa untuk makan malam ini Ayahnya yang mentraktir. Jujur saja saya dan Puchisa sangat senang karena keuangan kami terbatas, dan kami tidak sampai pikir sekali makan akan habis segitu T_T


Our dessert <3


Setelah itu kami balik pulang ke Bulle, dan bersiap-siap untuk hari besok. Saya diharuskan packing semua barang-barang saya karena besok saya akan balik ke Jerman setelah perjalanan saya bersama Puchisa dikarenakan perpisahan (graduation) teman-teman saya, dan itulah yang merupakan salah satu alasan utama saya liburan ke Jerman.

Jumat, 26 Juni 2014

Seperti biasa kami bangun pagi-pagi dan bersiap-siap. Setelah sarapan kami pun diantar Valentine menuju ke stasiun kereta. Saya lalu berpamitan dan sebenarnya lumayan sedih karena akan berpisah dengan Valentine dan entah kapan saya dapat bertemu dengannya lagi. Tapi ada kata pepatah jerman „Man sieht sich zwei mal in Leben“ yang berarti „Orang akan bertemu dua kali dalam hidupnya“, jadi saya yakin suatu saat nanti kami bertiga akan kumpul bareng lagi (mungkin di Bali atau Thailand).

Rencana kami untuk hari ini adalah pergi ke Montreaux dan Luzern. Perjalanan ke Luzern memakan waktu sekitar 2 jam, dengan satu kali pergantian di stasiun Montbovon. Kami berangkat pukul 6.43 dan tiba di Montreaux pukul 8.00. Kami lalu membuka google maps dan mencari transportasi umum ke Schloß Chillon (Kastil Chillon). Destinasi ini merupakan tujuan utama kami selama berada di Swiss. Sebelum liburan kami memang sudah merencakan akan ke mana saja ke Swiss dan setelah melihat banyak website, rata-rata mencantumkan Schloß Chillon sebagai tempat yang harus dikunjungi. Perjalanan dari stasiun kereta menuju Schloß Chillon memakan waktu sekitar 10-15 menit menggunakan bus. Perjalanan ke sana sangat menyenangkan dikarenakan kami dapat melihat danau Geneva dari bus. Kami tiba sekitar pukul setengah 9 dan masih sedikit orang disana dikarenakan waktu masih terlalu pagi untuk turis-turis. Sebagan besar yang ada adalah penduduk lokal yang sedang lari pagi ataupun memancing


Montreau from above!
Guten Morgen from Chillon Castle!
Chillon Castle by Lake Geneva
Selfie itu wajib :D
Hahahahaha
Sebenarnya sangat bisa bagi kami untuk memasuki Schloß Chillon, tetapi sebagai dua orang mahasiswa Asia yang berusaha sebisa mungkin untuk menerapkan low-budget-travelling (karena uang sudah kebanyakan habis di transportasi), kami akhirnya menghela nafas dan hanya berkeliling disekitar kastil itu saja. Oh iya, kastilnya sangat indah karena letaknya di pinggir danau Geneva :D

Kami lumayan lama berjalan-jalan di sekitar kastil tersebut dan mencari spot foto yang tepat. Dikarenakan bayangan yang menutupi kastil tersebut, kami harus menunggu hingga matahari tiba menyinari kastil tersebut untuk mendapatkan foto yang bagus. Seiring berjalannya waktu turis-turis sudah mulai berdatangan (turis Jepang terutama). Kami pun memutuskan untuk berjalan-jalan sedikit di sekitar kota. Kami lalu naik bus dan turun di depan danau Geneva. Ada pasar tradisional dan banyak penjual makanan dan souvenir. Kami pun lalu membeli es krim Movenpick dengan harga 3 euro/scoop dan masing-masing membeli 2 scoop (Yeay, 90rb untuk es krim, niat hemat jadi gagal haha), tapi worth itu kok dengan rasanya.


Sekali-kali lah
Untuk harga + pemandangan worth it banget


Setelah itu kami lalu jalan-jalan di sekitar kota dan memasuki toko-toko souvenir. Swiss adalah negara yang terbagi menjadi 3 bagian bahasa : Jerman, Perancis, dan Italia. Dan meskipun Montreaux merupakan kota di bagian negara yang memakai bahasa Perancis sebagai bahasa sehari-hari, tetapi sebagian besar orang-orang dapat berbahasa Jerman, jadi kami tidak kesulitan ketika menawar barang, ataupun ketika tersesat. Setelah masuk dari satu toko ke toko lain saya akhirnya mendapatkan baju yang cukup lucu untuk adik saya yang paling kecil (Bintang) dan membeli beberapa postcard. 

Dikarenakan kami harus mengejar kereta pukul 11.44, setelah berbelanja kami lalu menuju kembali ke stasiun kereta. Kami sangat menanti-nantikan perjalan ke Luzern karena kami akan menggunakan kereta panoramic (Goldenpass) dan bukannya kereta biasa. Montreaux - Luzern yang biasanya dapat ditempuh dalam waktu 2 jam sekarang harus kami tempuh selama 5 jam. Kenapa? Dikarenakan kereta panoramic tersebut tidak melewati jalur biasa, melainkan melalui jalur khusus yang disediakan khusus kereta tersebut dimana kita dapat melihat pemandangan sepanjang perjalanan. Sebenarnya harganya cukup mahal, bisa berjuta-juta sekali jalan tetapi kami tertolong karena sudah membeli Eurailpass terlebih dahulu. 

Berikut detail perjalanan kami dari Montreaux ke Luzern:
  • Montreaux - Zweisimmen : 11.44 - 13.32
  • Zweisimmen - Interlaken Ost : 13. 38 - 14. 49
  • Interlaken Ost - Luzern : 15.04 - 16.55
Meskipun perjalanan memakan waktu 5 jam, kami tidak merasa menyesal dan bosan. Saya sesekali merasa ngantuk tetapi Puchisa selalu mengingatkan bahwa saya akan menyesal kalau saya tidur dan melewatkan pemandangan tersebut. Pemandangan yang dilewati adalah dari pegunungan, ladang sawah yang hijau, sampai danau yang airnya warna biru. Pemandangannya itu lohh.. einfach breathtaking :)


Shiree!
Serasa di Shire (dikit)
Believe me or not, ini pakai tongsis haha
Kalau ini Puchisa yang motoin
Saljunya ga terlalu keliatan
Warna birunya itu loh :')
Setelah tiba di Luzern, saya lalu menitipkan koper saya karena akan repot kalau membawanya (meskipun sebenarnya agak mahal yaitu 6 Franken per loker). Setelah itu kami segera menuju ke destinasi pertama, yaitu Lion Monument dengan menggunakan bus. Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, karena dengan menggunakan bus kami hanya membutuhkan 5 menit, cuma Puchisa hanya mempunya waktu 2 jam di Luzern (keretnya balik ke Bulle jam 7 jadi kami harus bergegas). Di Lion Monument terdapat lumayan banyak turis, dan susah untuk mencari tempat untuk berfoto. Setelah sekitar beberapa menit di sana, kami pun memutuskan untuk jalan kaki menuju ke Kapellbrucke (Chapel Bridge). Katanya tempat ini lumayan terkenal karena pernah ada di drama Thailand (atau Korea) tapi saya tidak mengetahuinya. Setelah foto-foto di sekitarnya, kami pun masuk dan berjalan di dalam jembatan tersebut.


Lion Monumennt
Kapellbrucke
Inisde the bridge
Terdapat toko souvenir di dalam jembatan, dan saya memutuskan untuk membelikan papa saya pisau Victorinoix (entah ejaannya benar apa salah). Setelah survey sana sini ternyata harganya sama rata di semua toko souvenir yang saya beli. Untungnya mereka menerima pembayaran pakai visa (debit mandiri) karena uang Franken saya sudah hampir habis dan saya malas menarik uang lewat ATM karena akan dikenakan biaya lagi. Setelah itu saya dan Puchisa lalu singgah di Starbucks dan membeli sesuatu untuk di makan. Tetapi demi menghemat saya akhirnya hanya beli kue saja. Kami lalu mendapatkan tempat duduk di luar di dekat Kapellbrucke. Beberapa menit sebelum pukul 19.00 Puchisa berpamitan dan kami janjian untuk ketemu sekali lagi di Jerman sebelum masing-masing dari kami kembali ke negara masing-masing.


Puchisa sudah balik, terpaksa tongsis pun beraksi haha
Dan finally I'm on my own again. Kereta saya balik ke Haltern dari Luzern adalah pukul 21.00 jadi saya punya waktu 2 jam untuk berjalan-jalan keliling. Saya lalu berjalan di sekitaran sungai Reuss sambil mengambil foto. Saya hampir tergoda untuk ikut tur kapal sekeliling sungai (ada diskon untuk pengguna Eurailpass) tapi saya takut bakalan ketinggalan kereta jadi saya mengurungkan niat tersebut. Saya juga ingin mengunjungi beberapa museum tapi dikarenaka waktu kurang dari 2 jam dan dompet yang menipis, saya pun memutuskan untuk ke Basel sejam lebih cepat. 


Basel adalah sebuah kota perbatasan Swiss dan Jerman, dan dari sana saya akan naik kereta malam menuju Duisburg. Jadwal kereta saya sebenarnya adalah puluk 22.00, tapi tidak ada salahnya datang lebih cepat ke Basel. Saya lalu mengambil barang saya di loker dan mencari kereta yang akan menuju Basel. Di Basel saya jalan-jalan di sekitar stasiun, membaca koran, dan menunggu. Memang agak sedikit membosankan tapi daripada ketinggalan kereta mending datang lebih cepat. Akhirnya night trainnya pun datang. Saya sudah mereservasi tempat duduk di salah satu kompartemen karena saya takut kehabisan tempat. Perjalanan berlangsung lumayan lama, tetapi untungnya saya dapat tidur dengan tenang selama perjalanan :)


Long trip with back wit Teddy :)



Sekian tentang perjalanan saya di Swiss! Maaf kalau ceritanya kepanjangan dan membosankan. Any feedback would be really appreaciated :)


Link-link info:
- Eurailpass (http://www.eurail.com)
- Pabrik Cokelat (http://cailler.ch/en/maison-cailler/attraction/information/)
- Pabrik Keju (http://www.la-gruyere.ch/en/la-maison-du-gruyere-cheese-Dairy.html)
- Musee de Olympique (http://www.olympic.org/museum)
- Schloß Chillon (http://www.chillon.ch/en/castle)