Jadi hallo! Sekarang saya akan menceritakan perjalan saya menuju Trondheim :)
Saya berangkat dari Surabaya menggunakan pesawat Garuda Indonesia pada tanggal 4 Februari 2015, pukul 19:30. Pada saat check-in saya sebenarnya deg-degan mengenai bagasi saya karena saya takut bakalan overweight. Dengan emirates sebenarnya bisa membawa 30kg, tetapi karena saya menggunakan SAS dari Oslo - Trondheim, dan juga menggunakan SAS dari Norwegia ke Jerman, saya harus membawa maksimum 23kg. Sebenarnya bisa tambah bagasi, tapi harganya itu loh, €31 (sekitar 500rb) untuk 1 koper maks 23 kg. Jadi mending menghemat saja. Koper saya bisa dibilang relatif kecil untuk ukuran saya (biasanya lebih besar), tetapi isinya full dan akhirnya saya tidak membawa snack apapun dari Indonesia :( Dan juga ada beberapa peserta dari negara yang lain yang titip untuk dibelikan tongsis karena harga di Indonesia relatif murah (di luar bisa sekitara 200 ribuan). Tetapi saya lega ternyata koper saya cuma 18,9kg.
Pesawat dari Surabaya menuju Jakarta delay sekitar setengah jam, tidak heran sih melihat cuaca beberapa jam sebelumnya sangat buruk. Saya tiba di Jakarta sekitar pukul 21.30. Setelah mengambil bagasi saya, saya keluar dari terminal 2F dan menuju ke terminal 2D. Sebelumnya saya bertemu dengan salah satu peserta juga, Dita, anak UI, di Old Town White Coffee. Karena dia ternyata sudah check-in, saya akhirnya masuk dulu untuk check in. Untungnya saya sudah melakukan web check-in dan memilih tempat duduk saya sendri, sehingga pada saat antri saya tidak perlu ngantri lama-lama dan langsung ke counter khusus bagi penumpang yang sudah melakukan web-check in. Setelah membayar airport tax (150ribu), saya lalu keluar lagi menemui Dita. Di sana bukan cuma ada Dita saja, tetapi ketambahan Aliya, anak SGU. Kami lalu cerita-cerita sebentar, dan beberapa menit sebelum pukul 11 malam, kami pun memutuskan untuk masuk, dikarenakan boardingnya pada pukul 23.15.
|
Dita, Dala, Aliya |
Semua berjalan lancar kecuali di bagian imigrasi. Kayaknya sekarang lagi jamannya umroh, jadi antrian di imigrasi untuk orang Indonesia panjang banget, tetapi kami dipersilahkan untuk berbaris bersama bule-bule. Setelah sampai di gate D2, kami ketambahan seorang lagi, Amar, dari Universitas Widyatama, Bandung. Setelah bertanya-tanya masalah bagasi, kami (cewek-cewek) merasa lucu karena Amar hanya membawa 12kg bagasi, itupun 3kgnya titipan dari seseorang di Trondheim. Yaa mungkin namanya cowok ya jadi ga pengen ribet.
Dan akhirnya, boarding time! Tempat duduk saya 29K, saya sengaja memilih window seat supaya bisa nyandar dan melihat keluar jendela. Untungnya di sebelah saya kosong, jadi saya memiliki sedikit ruang untuk bergerak. Perjalanan berlangsung sekitar 8 jam. Hal yang saya suka dari berpergian jauh adalah banyak hiburan yang bisa dilakukan di pesawat. Dari Jakarta-Dubai-Oslo saya menggunakan Emirates, dan yang saya suka dari Emirates selain makanannya adalah hiburannya. Sejam pertama saya habiskan dengan menonton How to Train Your Dragon 2, The Maze Runner (dua-duanya saya nonton dalam bahasa Jerman haha) dan setelah itu bersantai-santai, dengar musik, main game, nonton acara TV show, dan tidur. Makan disediakan 2 kali, dan saya senang dengan makanannya.
|
yeay! |
Setelah tiba di Dubai, hal yang pertama kami lakukan adalah mencari toilet. Saya lalu menambah satu lapisan celana saya karena di pesawat saya kedinginan. Saya berpikir kalau di pesawat saja saya kedinginan, bagaimana nanti kalau sudah tiba di Trondheim, yang notabene suhu dapat mencapai dibawah 0 derajat Celcius T_T Setelah itu kami melalui security check, dan langsung mencari gate kami. Bandara Dubai sangat besar, dan saya sarankan untuk transit tidak kurang dari 1 jam 30 menit karena bisa saja memerlukan setengah jam untuk berpindah gate. Kami harus turun lift sekali, lalu naik kereta (padahal masih satu terminal) untuk menuju gate kami. Pada saat sampai di sekitaran gate B dan gate C, saya sudah merasa familiar karena sebelum-sebelumnya saya selalu berangkat dari gate ini. Untungnya kali ini karena saya tidak sendiri, perjalanan terasa lebih menyenangkan, dan saya tidak perlu singgah kira kanan untuk belanja, hahaha. Pada saat kami tiba di gate B26, saya mengenal seseorang yang juga merupakan peserta ISFiT. Namanya Jacky, orang filipina yang kuliah di Melbourne, Australia. Saya lalu memanggilnya dan dia pun berkenalan dengan yang lain. Setelah itu, satu cewek juga datang dan bertanya "ISFiT ya?". Ternyata di Nindy, anak FSRD ITB. Kami sudah pernah kontak sebelumnya, tetapi ini pertama kali saya bertemu secara langsung. Katanya dari jauh dia sudah dapat mengenali saya (maklum sih badan gede gini juga haha). Dia menggunakan pesawat dengan jam yang berbeda, dan harus transit di Dubai selama 8 jam. Saya, Dita, Nindy, dan Amar hanya transit 1 jam 40 menit, tetapi harga tiket kami sepertinya lebih mahal sedikit. Meskipun transit 1 jam 40 menit, tetapi rasanya bagi kami sangat cepat karena pada saat kami tiba di gate, sudah hampir boarding. Tetapi saya menyempatkan diri untuk mengakses internet. Di Dubai internetnya gratis tapi hanya untuk 30 menit, selebihnya bisa bayar $9.95 untuk 1 bulan unlimited, atau $4.95 untuk 1 jam. Untungnya transit saya sebentar jadi godaan untuk membeli akses internet tidak ada (dan lagipula harus hemat).
Perjalanan Dubai-Oslo memerlukan waktu sekitar 7 jam, dan sekarang saya lagi duduk di pesawat untuk menulis. Jadi sampai paragraf ini saya sednag berada di sekitaran Rusia, dan lagi 696 miles (1118 km) menuju Oslo. Status saat ini : kekenyangan. Sebenarnya saya membuat diri saya sekenyang mungkin di pesawat agar saya tidak jajan di Norwegia. Harga di sana cukup mahal, dan jujur saja budget saya sangat terbatas. Seat saya di 21 A, dan di sebelah saya kosong tidak ada orang, jadi 3 kursi serasa milik saya sendiri *yeaaaaaaaaaaay*. Selama di perjalanan ini saya nonton Whiplash (tapi tidak sampai selesai, ketiduran), series Finding Carter 2 episode, dan sekarang lagi nonton New Girl season 3 (sudah 3 episode). Pesawat yang saya gunakan dari Jakarta-Dubai berbeda dengan pesawat ke Dubai-Oslo, dan pesawatnya yang ini sepertinya masih model lama karena program ICE (information, communication, entertainment)-nya tidak secanggih pesawat sebelumnya. Di pesawat sebelumnya saya dapat menambahkan playlist musik dari beberapa album yang berbeda, user interfacenya lebih bagus, ada usb chargernya, tetapi di pesawat ini tidak bisa dan UInya dan kecepatannya masih agak lambat. Entah kenapa jumlah film yang tersedia sudah jauh berkurang dari pertama kali saya naik emirates pada tahun 2010. Saya masih ingat waktu itu ada banyak sekali pilihan, dari Sound of Music, Harry Potter, Twilight, dll. Sekarang sangat sedikit dan terbatas.
|
Gamenya ada banyak |
|
Perjalanan |
|
Makanan di pesawat :3 |
|
Yeay bisa selonjoran |
Sekarang pesawatnya sedang melewati Latvia, dan suhu diluar -5° celcius. Dari jendela sudah dapat terlihat salju. Meskipun ini bukan pengalaman pertama saya dengan salju, tetapi saya yakin saya juga tetap akan mengalami shock dikarenakan perbedaan suhu sekitar 20-25 derajat.
Okay. Saya akan melanjutkan cerita saya setelah saya tiba di Oslo, atau Trondheim.
Okay, lanjut. Sekarang saya baru bangun dan sudah berada di rumah host family di Tronheim.
Setelah tiba di Oslo, kami pun melalui kantor imigrasi. Antriannya lumayan, dan saya yang paling terakhir terakhir melalui kartu imigrasi tersebut. Petugas hanya meminta invitation letter dari ISFiT dan juga menanyakan kapan saya akan kembali. Setelah itu, di luar pintu imigrasi, yang lain sedang menunggu saya dan ternyata ketambahan satu orang. Saya lupa siapa namanya karena susah disebut, tetapi cewek tersebut berasal dari India. Kami lalu jalan menuju tempat pengambilan bagasi, dan menunggu barang kami. Setelah semua mendapatkan barangnya, kami pun pindah ke gedung arrival karena kami akan menggunakan connecting flight ke Trondheim, sementara Nindy dan Amar menuju stasiun kereta karena mereka menggunakan kereta.
Jujur saja, saya sangat terpesona dengan kecanggihan di bandara Oslo Gardemoen ini. Pada saat kami masuk ke gedung arrival, kami berpisah untuk sementara karena pesawat yang kami gunakan berbeda. Saya lalu mencari counter SAS, tetapi kemudian melihat ada counter self-check in. Saya sudah check in terlebih dahulu melalui web, tetapi mesin tersebut bukan hanya untuk check in, tetapi juga untuk membuat checked-baggage tag. Dan karena saya mempunya kartu EuroBonus, saya hanya perlu kartu saya untuk check-in. Setelah mendapatkan tag untuk bagasi saya, saya lalu menuju counter self-bagage drop. Ini pengalaman pertama kali saya untuk melakukan self-bagage drop. Jadi koper diletakkan diatas timbangan (tapi tidak kelihatan berapa kg barang kita), terus kita mengambil scanner, dan meng-scan barcode yang ada di tag bagasi tersebut. Lalu, voila! Koper saya pergi.
|
Bagdrop |
|
Self check-in machine |
Karena di luar bersalju, jadi ketika kami berkumpul kembali (berempat), kami pun memutuskan untuk keluar bandara untuk mengambil foto. Saya mencoba untuk tidak memakai jaket, dan sayangnya hanya bertahan 2 menit, setelah itu saya sudah tidak bisa merasaka tangan saya, hahaha. Setelah berfoto-foto, kami pun masuk. Dita kehilangan glovesnya, dan dia pergi bersama Aliya untuk mencari. Sementara saya menemani cewek India tersebut dan kami pun masuk duluan. Kami lalu berpisah di depan gate 19 (gate saya di situ). Karena Gate saya 19E, saya membutuhkan waktu sekitar 10 menit jalan dari depan gate 19. Tetapi saya mencari tempat duduk dan singgah sebentar untuk Skypean (tau dengan siapa lah haha). Setelah itu saya melanjutkan jalan ke depan gate saya. Pada saat di jalan saya melihat vending machine dan saya penasaran berapa harga minuman di sini. Sebotol air minum harganya 50ribu rupiah, dan sebotol coca-cola berharga 60ribu rupiah T____________T Saya shock liat harganya dan berharap dapat bertahan di Norway dengan budget yang terbatas.
|
survived for 2 minutes, then almost freeze to death |
Di depan gate 19E, saya bertemu kembali dengan Jacky, dan kami berkenalan dengan seorang peserta lainnya dari Kenya, Loraine. Dan sebelum boarding kami juga kedatangan seorang lagi yang bernama Froillan, cowok dari Filipina tapi kerja di Saudi Arabia. Perjalanan Oslo - Trondheim berlangsung kurang dari sejam.
Summary perjalanan :
- Surabaya - Jakarta : Garuda Indonesia 20.30-21.05 (GMT +7)
- transit 3 jam di Surabaya
- Jakarta - Dubai : Emirates
- transit 1 jam di Dubai
- Dubai - Oslo : Emirates
- transit 3 jam di Oslo
- Oslo - Tronheim : SAS
Dan akhirnya, kami pun tiba di Trondheim! Perjalanan selama kurang lebih 27 jam pun akhirnya selesai. Kami lalu mengambil bagasi kami dan lalu menuju ke orang-orang yang berpakai baju ISFiT. Setelah mencatat nama kami, kami lalu menuju bus. Kami mendapatkan transportasi gratis selama di Trondheim dengan menunjukkan gelang kami. Perjalanan berlangsung sekitar setengah jam menuju Samfundet, di sini merupakan pusat kegiatan acara kami. Kami pun lalu mengantri untuk registrasi. Ada banyak orang di sana, dan sangat internasional. Setelah kira-kira mengantri 10 menit, saya pun registrasi. Saya mendapatkan tas yang berisi baju, kaos kaki rajut, buku, dan botol air minum. Setelah itu disuruh untuk mencari orang dengan jaket kuning untuk bertemu host. Saya lalu ke seorang cewek, dan dia mengantarkan saya ke seorang bapak, dan dengan peserta lain. Tetapi peserta tersebut tidak mau dengan saya karena dia mau sama seseorang yang berasal dari negaranya sendiri. Saya sangat kesal karena bapak tersebut terlihat sangat baik dan juga kesal terhadap cewek tersebut. Ini ISFiT, yang notabene International Student Festival, kapan bisa mengenal yang lain kalau hanya mau dengan orang yang dari negara sendiri? Saya masih ingat perkataan cewek tersebut. "Please, I want with her (tunjuk temannya), we're from the same country." Saya lalu mengalah karena saya tidak ingin tinggal bersama orang yang sejak awal tidak mau tinggal dengan saya. Kalau saya jadi dia, saya malah tidak mau satu tempat tinggal dengan seseorang dari negara saya, karena inilah kesempatan untuk mengenal orang dari berbagia penjuru dunia.
|
Jacky, Loraine, Froillan, Amun |
|
Groupfie time! |
|
Waiting at Samfundet |
|
It's cold outside |
Saya lalu pergi ke orang dengan jaket kuning yang lain, dan dia mengantarkan saya ke meja sebelah. Di sana saya ditanyakan nama, dan lalu langsung menunjuk satu orang. "He's your host," katanya. Saya pun lalu berkenalan. Seorang pria sektiar 50 tahun. Dan bukan hanya saya yang di host, melainkan 3 orang yang lain lagi, dan semuanya cowok ._. Mereka adalah Alexander dari Rusia, Benjamin dari Burundi, dan Xavier dari USA. Di perjalanan saya lalu berpikir bagaimana saya akan tinggal dengan 3 cowok lain. Saya juga berdoa semoga kami tidak satu kamar.
Perjalanan menuju rumah berlangsung kurang lebih 10 menit. Kami lalu disuruh masuk dan ditunjukkan kamarnya. Untungnya saya ditempatkan sendiri di kamar anaknya yang perempaun (anaknya kuliah di kota lain), dan mereka bertiga tinggal sekamar. Setidaknya saya lega. Kami lalu bertemu dengan istrinya (Anna Betty), dan dia sangat ramah. Perkataan pria tersebut (Gudmund) sangat lucu. "Look, I manage to have one girl for you." Kami lalu dipersilahkan ke ruang makan. Jujur saya saya sudah sangat lapar.
Makanan yang disediakan adalah nasi dan ayam, juga ada selada dan brokoli. Makanannya sangat enak, dan setelah makan kami disediakan wafel. Saya tidak menyesal berada di rumah ini. Mereka juga mempunya piano, kontraass, violin, viola, gitar elektrik! Saya sempat bermain piano dan setelah itu mandi. Saya baru sadar saya tidak mandi selama di perjalanan, dan itu lebih dari 24 jam hahaha .___.v Setelah mandi, unpacking, saya sebenarnya ingin melanjutkan mengetik tetapi karena sudah ngantuk saya lalu memutuskan untuk tidur. Sekarang pukul setengah 5 shubuh, dan kelihatannya sebentar lagi saya akan melanjutkan tidur saya. Suhu sekarang 5 derajat.
|
Home from outside |
|
FOOD! |
|
from left to right : Dala, Benjamin, Xavier, Alexander, Gudmund |
|
heaven :D |
|
my room for the next 10 days |
Hope you like my story! Jangan lupa untuk terus mengikuti perjalanan saya, saya akan berusaha mengupdate sesering mungkin.