A blog of everyday life and traveling experience.

Minggu, 08 Februari 2015

ISFiT 2015 : Day 3, Snow Storm?

There is no bad weather, only inappropriate clothing - Ranulph Fiennes


Lagi-lagi saya bangun pukul 4 pagi. Entah kenapa jam berapapun saya tidur saya tetap bangun jam segitu. Semoga saja 2-3 hari kedepan sudah tidak jet lag lagi. 

Pada hari workshop sebelumnya, diberitahukan bahwa mungkin tidak ada workshop dikarenakan cuaca yang baru (badai). Tetapi kita disuruh untuk bertanya kepada host family apakah aman untuk pergi keluar atau tidak. Tetapi host family saya berkata bahwa cuacanya memang buruk, tetapi tidak apa-apa untuk pergi keluar. Setelah sarapan, saya dan Xavier pun berjalan kaki bersama menuju bus stop. Benjamin dan Alexander sudah diantar duluan oleh Gundmund dikarenakan Benjamin harus berkumpul di tempat workshop pukul 08.30, sementara Alexander sudah siap untuk berangkat. Saya dan Xavier tidak mau tergesa-gesa karena itulah kami memutuskan untuk jalan kaki dan menggunakan bus. Untungnya kami jalan sedikit cepat dan tidak singgah untuk foto-foto dikarenakan ketika tiba di bus stop, busnya sudah datang.

Setelah sampai di halte Samfundet, saya dan Xavier pun berpisah, dan saya menuju ke tempat workshop saya. Di bus saya bertemu dengan Juan, yang juga satu workshop, dan berkenalan dengan beberapa isfiters yang lain. Ketika tiba di tempat workshop (Hist), saya kira bahwa saya sudah terlambat beberapa menit, tetapi acara belum dimulai dikarenakan banyak yang telat datang. 


Acara pertama yang dilakukan adalah check-in. Setelah itu warming up dengan sesi yoga dari Dylan (USA). Akhirnya semua pada bangun pada saat selesai yoga, bukan karena yoganya, tetapi karena kebanyakan ketawa. 




Banyak sesi menarik hari ini, tetapi maaf saya akan membuatnya sedikit lebih singkat. Selain games yang ketawa-ketawa, kami juga bermain decision game, di mana ada 2 (atau terkadang 3) sudut yang berarti jawaban dari sebuah pertanyaan. Contohnya "kamu berasal dari Norwegia?" sudut 1 iya, dan sudut 2 tidak. Awalnya pertanyaannya gampang, misalnya "apakah kamu lebih kamu lebih sering pakai facebook atau twitter", atau "apakah kamu pikir Norwegia merupakan tempat terbaik", tetapi semakin lama pertanyaannya (atau pernyataan) semakin susah seperti "Permpuan boleh menentukan sendiri pilihannya untuk aborsi atau tidak". Atau "Apakah demokrasi merupakan sistem pemerintahaan terbaik?" "Apakah media bisa bersifat objektif?"

Setelah makan siang yang diisi dengan dance session, diskusi dilanjutkan lagi dengan sesuatu yang lebih serius. Kami dibagi menjadi 5 kelompok dan diharuskan untuk mencari satu topik yang berhubungan dengan korupsi dan mendiskusikan tentang :
  • Penyebab korupsi
  • Siapa yang melakukannya
  • Apa efeknya
  • Apa dampaknya bagi komunitas
Setelah berunding dan berdiskusi simpang siur akhirnya kami memutuskan untuk membahas tentang korupsi yang dilakukan oleh polisi di beberapa negara berkembang (atau hampir semua berkembang di dunia). Salah satu tindakan korup yang baik polisi maupun masyarakat sering lakukan adalah bribery (sogok-menyogok). Bukan hanya di Indonesia saja hal tersebut sangat lumrah terjadi, di Afrika dan di Rusia hal tersebut pun terjadi. Salah satu penyebab terbesar terjadinya sogok menyogok menurut kelompok kami adalah karena greed, habit, income dll. Dampaknya bagi komunitas adalah uang yang seharusnya masuk menjadi pajak dan dapat digunakan untuk rakyat malah masuk ke kantong polisi. 



Setiap kelompok lalu mempresentasikan hasil dari diskusi masing-masing. Setiap kelompok diberi waktu 5 menit, dan masing-masing kelompok memilih topik yang sangat bagus, contohnya salah satu kelompok membahas tentang pendidikan dan sogok menyogok yang terjadi.

Acara ditutup dengan checkout dan kami pergi makan. Perjalanannya sama dengan kemarin, memakan waktu sekitar 10 menit, tetapi kali ini medannya lebih susah karena lagi turun salju. Selama workshop malah sedikit badai. Setelah makan, saya bersama Oda, Anja (Polandia), dan Henry (Rwanda) pergi ke Trafo untuk meminjam baju hangat. Topi saya dibeli di Indonesia, dan kurang tebal bagi saya sehingga telinga saya sakit. Saya sebenarnya ingin meminjam earmuff, tetapi sayangnya tidak ada jadi saya dikasih topi yang lebih tebal.

Saya mendaftar untuk acara pleno untuk hari ini yaitu : Why Is the World Corrupt? The Cause of Corruption. Plenonya dimulai pada pukul 6, jadi setelah dari Trafo kami berkumpul di Edgar, semacam cafe sambil menunggu hall-nya dibuka. Bintang tamunya adalah Peter Eigen, co.founder dari Transparency International. Dia membawakan pidato yang sangat menarik, dan dia sempat meneteskan air mata mencerita tentang pengalaman pribadinya dan juga korupsi yang terjadi. Sayangnya (lagi-lagi) saya merasa kurang sehat dikarenakan cuaca yang sangat buruk, jadi ketika ada waktu istiraha 15 menit saya memutukan untuk pulang ke rumah.

Plenary Session

Peter Eigen
Bisa dibilang saya lumayan tidak beruntung, karena badainya tambah kencang, dan saya harus berlindung di sebelah halte. Saya bertemu peserta isfit lagi dari Benin, dan sedikit bercerita-cerita dengan dia. Saya sudah mulai kedinginan, dan tangan saya sudah mulai sakit sekali. Badainya itu seperti hujan deras yang bisa menyebabkan banjir, tetapi yang turun bukan air tapi salju. Dengan kecepatan tinggi jadi susah melihat, sakit, dan tentu saja lebih dingin dari air biasa. Setelah 15 menit berdiri menunggu bus (busnya telat datang), saya akhirnya lalu tiba di rumah.

links:
- Transparency International : http://www.transparency.org/

ISFiT 2012 : Day 2 (part 2), The Opening Ceremony!

Foto:foto.samfundet.no
Hallo lagi. Maaf postingan ini agak telat, seharusnya saya posting kemarin, tetapi thanks to jet lag, saya terlalu capek untuk menulisnya ._.v

Jadi pada saat selesai makan, saya lalu bertanya arah terdekat menuju bus stop, dikarenakan kalau saya kembali ke Samfundet membutuhkan waktu lebih lama. Setelah diarahkan, saya lalu menuju tempat tersebut. Di perjalanan saya bertemu Paul, dari Jerman, kami berasal dari workshop yang sama. Ternyata dia juga mengambil rute bus yang sama. Untungnya kami tidak salah jalan, dan sempat ketemu sama Aliya di bus stop, tapi dia menggunakan rute yang berbeda. 2 menit setelah kami tiba, bus 22 pun tiba. Dari bus stop itu cuma membutuhkan 3 stasiun menuju bus stop tempat saya harus turun (Nardokrysset), dari Samfundet ke Nardokrysset jaraknya 6 atau 7 bus stop.

Karena baru pertama kalinya pulang sendiri, awalnya saya hampir tersesat. Saya mau menelfon mereka tetapi saya ingat kalau pulsa di SIM card Jerman saya habis, dan saya juga lupa nomor mereka. Saya lalu mencoba untuk meraba-raba jalan, dan akhirnya bertemu dengan terowongan yang saya lewati pagi tadi. Dan 3 menit kemudian saya sudah berada di rumah.

Depan rumah

Akhirnya tiba juga. Home for 10 days.
Saya masih mempunyai sedikit waktu jadi saya mencoba untuk tidur sebentar (meskipun gagal), lalu setelah itu bersiap-siap untuk pergi ke opening ceremony. Dresscode untuk opening ceremony ini adalah formal/national/traditional clothes, dan saya sudah mempersiapkan baju bodo dari Sulawesi Selatan. Saya sebenarnya dapat memakai dress biasa saja, tetapi tidak ada salahnya untuk tampil beda dan unik di opening ceremony tersebut. 

Meet the host!
With Xavier, housemate from USA
Setelah siap-siap (dan terburu-buru), saya lalu diantar oleh Gudmund menuju Samfundet bersama Xavier. Perjalanan cuma memakan waktu 5 menit dari rumah menuju Samfundet menggunakan mobil. Sebelumnya di workshop sudah diberitahu bahwa kami akan bertemu di depan 7-11, tetapi ternyata mereka semua sudah masuk karena lebih baik menunggu di dalam daripada di luar. Oda (contact person workshop) menjemput saya, dan dia mengatakan dia sangat suka baju saya. Dia menggunakan baju tradisional Norwegia. Setelah masuk ke dalam ruangan, saya lalu menitipkan jaket saya, lalu mencari teman workshop saya. 

Kami menunggu kira-kira hampir setengah jam sebelum opening ceremony di mulai. Beberapa juga menggunakan national costume mereka, seperti Romeo dari Uganda, Esi - dari Indonesia - menggunakan kebaya yang warnanya merah (sama dengan baju bodo saya), Arqum dari Pakistan, dan yang lain. 

Opening ceremony berlangsung dengan seru meskipun (lagi-lagi) ketika hampir selesai saya merasa sangat ngantuk. MCnya sangat lucu dan tidak jarang membuat kami ketawa (semi stand-up comedy). Lalu ada opening speech dari presiden ISFIT 2015, Marius Jones. Ternyata dia orangnya juga sangat lucu. Ada choir yang semua anggotanya laki-laki. Mereka sangat energetik dan sangat menghibur. Sayang mereka hanya membawakan 2 lagu. 

co-founder

Pilun, the choir


Selain acara yang menghibur,ada juga acara yang serius. Seorang fotografer, Werner Anderson, berbagi pengalamannya yang mengilustrasikan korupsi ketika dia berada di Cambodja. Orang-orang dipaksa keluar dari rumah mereka, rumah mereka digusur untuk membangu perumahan yang mewah. Ini menjadi refleksi bagi kita betapa korupsi dapat berdampak sangat besar bagi banyak orang. Tamu spesial malam itu juga adalah salah satu pencetus ISFiT, Jaren Rystad. Dia menceritakan pengalamannya. 

Bintang tamu malam itu adalah Moddi. Lagu-lagunya sangat bagus, dan suaranya sangat merdu. Selain itu ada juga penari, dan satu lagi paduan suara. Saya berusaha tetap fokus meskipun sangat ngantuk, tetapi pada akhirnya ketika Moddi membawakan lagu terakhir saya tidak memperhatikan haha.


Setelah Moddi tampil, berakhirlah sudah opening ceremony. Saya lalu sempat berfoto dengan yang lain, bahkan saya menyempatkan diri untuk berfoto bersama presiden ISFiT (thanks to Jacky for the pic). Setelah itu saya keluar ke hall dan bertemu dengan yang lain. Sejam kemudian saya memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang saya bertemu Benjamin dan kami pulang bersama.

cewek ini tiba-tiba datang dan bilang dia suka dengan kostum saya

Indonesian!

After the ceremony

Dengan Lames, tinggal di Arab, 50% Maroko 50% Indonesia

Romeo dari Uganda

Munya dan Arqum

Links;
- http://online.isfit.org (to watch the isfit online)
https://www.isfit.org/articles/365 (opening ceremony article)

Sabtu, 07 Februari 2015

ISFiT 2015 : Day 2 (part one) - Divine Corruption. Meet the Governance Democracy team!

"It's not too important to look good right now, it's important dress to survive" - Hazal - Turkey

Pada hari kedua ini saya terbangun sekitar jam 4 pagi (tidak bilang shubuh soalnya shubuhan di sini jam 6). Mungkin terbangun cepat karena masih efek jet lag. Saya lalu melanjutkan postingan saya yang kemarin, lalu kembali tidur sebentar. Pada pukul 7 saya bangun lagi, dan kelihatannya orang-orang di rumah sudah pada bangun. Saya lalu pergi menuju ruang makan dan bertanya kepada Xavier apakah kami harus memakai baju formal/tradisional. Katanya dia ga tau, tetapi Gudmund bilang bahwa kita bisa pulang sebentar sore dan mengganti pakaian, karena jarak rumah dan Samfundet (tempat kumpul) tidak jauh.

Saya lalu mengganti baju saya (baju biasa aja), dan sarapan. Saya makan sebanyak mungkin supaya saya tidak lapar dan jajan. Harga di sini sangat mahal, dan saya berusaha sehemat mungkin. Setelah itu, saya, Xavier, dan Alexander diantar (dituntun) ke bus stop terdekat. Busnya sangat penuh dan sangat banyak peserta ISFiT. Membutuhkan sekitar 5-6 stop sampai kami sampai di Samfundet.

Perjalanan menuju bus stop
Saya lalu menyebrang jalan dan menuju ke depan 7-11 dikarenakan saya menerima email untuk bertemu dengan workshop saya. Saya masuk ke workshop Governance Democracy. Awalnya saya salah tempat karena ada banyak peserta lain dari berbagai workshop tetapi akhirnya saya dapat teman workshop saya. Saya berkenalan awalnya dengan Carla dari Peru dan Hazal dari Turki. Setelah berbincang-bincang sebentar, kami lalu mengikuti team leader untuk ke tempat diskusi kami. Kami berjalan kaki sekitar 5 menit dan tiba di sebuah gedung. Kami lalu diarahkan menuju satu ruangan.


Pusat kegiatan setelah workshop berakhir, Samfundet
Kami bercerita sambil menunggu yang lain datang. Kebetulan orang Indonesia di workshop itu ada seorang lagi, namanya Esi Maria, mahasiswa Hukum UI yang tempat kerjanya dibubarin sama Jokowi. Sambil menunggu saya pun mengambil kopi dikarenakan sedikit ngantuk. Sekedar info dari ISFiT kami mendapatkan goodie bag yang berisi baju, buku panduan, dan botol minum, dan saya membawa botol minum saya karena saya tidak ingin membeli air putih (reminder : harganya 50rb/botol).

botol minum sendiri
Acara dibuka sekitar pukul 9an, dimulai dengan presentasi sedikit mengenai ISFiT oleh team leader (ada 4), dan kemudian kami semua melakukan check in. Check in adalah aktifitas dimana kami harus menceritakan perasaan kemari hari ini dan kemarin. Kami lalu sekaligus memperkenalkan diri kami masing-masing dan dari mana kami berasal. Dan setelah perkenalan tersebut kami harus mengatakan "check-in". Setelah itu kami lalu bermain untuk berusaha memetakan diri kami di ruangan berdasarkan peta dunia tanpa menyebutkan negara masing-masing ketika mencari tempat yang cocok. Ada 24 orang di workshop ini, dan ternyata kami lengkap dari 5 benua! 

selfie sambil menunggu yang lain


Setelah itu acara selanjutnya adalah speed date (bukan kencan beneran loh ya), dimana kami duduk berhadapan dan berdiskusi soal satu pertanyaan yang ada di papan tulis. Setiap 2-3 menit pertanyaannya berganti, dan juga orangnya berganti. Ini membantu kami untuk mengenal lebih dalam teman-teman baru kami. Pertanyaan yang lucu adalah "what was the most romantic experience that you have ever done/experienced?" Banyak yang ketawa dan bilang "How about none?"

Salah satu pertanyaan dari Speed Date
Salah satu sesi paling seru adalah membuat pertanyaan untuk diajukan kepada Dalai Lama. Jadi kami dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dan membuat satu pertanyaan yang kira-kira dapat ditanyakan kepada Dalai Lama. Setelah itu kami pun voting. Pertanyaan kelompok saya masuk 2 besar, tetapi sayangnya tidak terpilih.

Pertanyaan dari kelompok kami untuk Dalai Lama
Dan tiba waktunya untuk makan siang. Sambil makan kami juga lalu bercerita. Saya kebetulan bercerita bersama satu orang cewek Maroko-Indonesia yang tinggal dan besar di Arab, satu cewek Peru, dan satu cewek Norwegia mengenai kehidupan di Arab bagaimana (kami semua penasaran bagaimana ketatnya peraturan tentang perempuan di sana, seperti (menurut yang cewek tersebut - namanya Lamees - katakan) kalau perempuan membawa mobil akan masuk penjara meskipun tidak ada sama sekali peraturan mengenai hal tersebut. Setelah itu percakapan berlanjut ke Charlie Hebdo, and how the society reacted about that. Dan percakapan berlanjut ke rasisme. Ada banyak yang kami ceritakan, dan saling bertukar informasi, dan saya sangat senang berdiskusi dengan mereka karena semuanya open-minded. 

Setelah itu, tiba waktunya untuk membicarakan sesuatu yang serius : Corruption. Kami membuat brainstorming dan mencatat kata-kata yang berhubungan dengan Corruption and Governance seperti : bribe, embezzlement, nepotism, collusion, health, survival, money laundry, poverty, media, tax and income, development, gap gender, abuse of power, dan lain-lain. Setelah itu kami berusaha untuk mendefinisikan korupsi, dan perdebatan (atau diskusi) berjalan sangat seru dan menyenangkan.

Saya ingin mengulangi beberapa pertanyaan yang muncul pada saat diskusi kepada kalian. Apakah sebenarnya korupsi? Abuse of power? Sogokan? Apakah korupsi harus dilakukan bersama, atau bisa dilakukan sendiri? Tindakan mana yang termasuk korupsi? Apakah ketika orang tua saya kenal dekat dengan seorang dokter, lalu saya tidak perlu antri untuk masuk menemui dokter tersebut, disebut korupsi? Apakah memberikan hadiah kepada dokter saya karena telah membantu saya termasuk korupsi? Apakah membayar lebih agar visa saya segera selesai, termasuk korupsi?

Silahkan jawab pertanyaan tersebut. Dari hasil diskusi kami pun terdapat banyak jawaban, misalnya ada yang berpendapat bahwa korupsi itu sesuatu yang melibatkan uang negara, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa sendiri pun kita bisa korup. Salah satu pembahasan yang paling seru adalah tentang pengurusan visa. Jadi di beberapa negara terutama di Afrika, untuk mendapatkan visa, kalau mau visanya cepat jadi, mereka harus membayar lebih ke petugas imgrasi. Menurut kalian, apakah ini termasuk tindakan korup? Dari workshop kami ada yang mengatakan bahwa tindakan tersebut tidak korup, tetapi ada juga yang mengatakan hal tersebut korup dikarenakan ada yang salah dari sistem tersebut. Seharusnya - jika waktu pembuatan visa adalah 3 minggu, dan orang tersebut (dengan membayar lebih) mendapatkannya dengan waktu kurang dari 3 minggu - sistem tidak mengizinkan hal tersebut terjadi.

Setelah diskusi tersebut selesai (atau dipaksa selesai karena waktu udah kurang), kami lalu main ha-hi-hu (semacam ping pong pang) groupfie, lalu bersiap-siap untuk menuju tempat makan malam di kantin universitas. Perjalanan ke sana berlangsung sekitar 10-15 menit dengan jalan kaki, dan kami sempat melewati gedung yang mirip dengan Hogwarts, bahkan katanya inspirasi Hogwarts datang dari gedung tersebut. Setelah makan malam, saya pun lalu pamit pulang dan berjalan ke bus stop terdekat untuk menuju rumah. Saya mempunya wakti 1,5 jam untuk bersiap-siap untuk opening ceremony, dan kami diharuskan memakai baju formal atau baju tradisional. 

groupfie lagi :D
otw tempat makan
kayak Hogwarts kan?
Postingan selanjutnya adalah mengenai opening ceremony. Stay tune!
Jumat, 06 Februari 2015

ISFiT 2015 : Day 1, The Journey to Trondheim

Jadi hallo! Sekarang saya akan menceritakan perjalan saya menuju Trondheim :)

Saya berangkat dari Surabaya menggunakan pesawat Garuda Indonesia pada tanggal 4 Februari 2015, pukul 19:30. Pada saat check-in saya sebenarnya deg-degan mengenai bagasi saya karena saya takut bakalan overweight. Dengan emirates sebenarnya bisa membawa 30kg, tetapi karena saya menggunakan SAS dari Oslo - Trondheim, dan juga menggunakan SAS dari Norwegia ke Jerman, saya harus membawa maksimum 23kg. Sebenarnya bisa tambah bagasi, tapi harganya itu loh, €31 (sekitar 500rb) untuk 1 koper maks 23 kg. Jadi mending menghemat saja. Koper saya bisa dibilang relatif kecil untuk ukuran saya (biasanya lebih besar), tetapi isinya full dan akhirnya saya tidak membawa snack apapun dari Indonesia :( Dan juga ada beberapa peserta dari negara yang  lain yang titip untuk dibelikan tongsis karena harga di Indonesia relatif murah (di luar bisa sekitara 200 ribuan). Tetapi saya lega ternyata koper saya cuma 18,9kg.

Pesawat dari Surabaya menuju Jakarta delay sekitar setengah jam, tidak heran sih melihat cuaca beberapa jam sebelumnya sangat buruk. Saya tiba di Jakarta sekitar pukul 21.30. Setelah  mengambil bagasi saya, saya keluar dari terminal 2F dan menuju ke terminal 2D. Sebelumnya saya bertemu dengan salah satu peserta juga, Dita, anak UI, di Old Town White Coffee. Karena dia  ternyata sudah check-in, saya akhirnya masuk dulu untuk check in. Untungnya saya sudah melakukan web check-in dan memilih tempat duduk saya sendri, sehingga pada saat antri saya tidak perlu ngantri lama-lama dan langsung ke counter khusus bagi penumpang yang sudah melakukan web-check in. Setelah membayar airport tax (150ribu), saya lalu keluar lagi menemui Dita. Di sana bukan cuma ada Dita saja, tetapi ketambahan Aliya, anak SGU. Kami lalu cerita-cerita sebentar, dan beberapa menit sebelum pukul 11 malam, kami pun memutuskan untuk masuk, dikarenakan boardingnya pada pukul 23.15.

Dita, Dala, Aliya
Semua berjalan lancar kecuali di bagian imigrasi. Kayaknya sekarang lagi jamannya umroh, jadi antrian di imigrasi untuk orang Indonesia panjang banget, tetapi kami dipersilahkan untuk berbaris bersama bule-bule. Setelah sampai di gate D2, kami ketambahan seorang lagi, Amar, dari Universitas Widyatama, Bandung. Setelah bertanya-tanya masalah bagasi, kami (cewek-cewek) merasa lucu karena Amar hanya membawa 12kg bagasi, itupun 3kgnya titipan dari seseorang di Trondheim. Yaa mungkin namanya cowok ya jadi ga pengen ribet.

Dan akhirnya, boarding time! Tempat duduk saya 29K, saya sengaja memilih window seat supaya bisa nyandar dan melihat keluar jendela. Untungnya di sebelah saya kosong, jadi saya memiliki sedikit ruang untuk bergerak. Perjalanan berlangsung sekitar 8 jam. Hal yang saya suka dari berpergian jauh adalah banyak hiburan yang bisa dilakukan di pesawat. Dari Jakarta-Dubai-Oslo saya menggunakan Emirates, dan yang saya suka dari Emirates selain makanannya adalah hiburannya. Sejam pertama saya habiskan dengan menonton How to Train Your Dragon 2, The Maze Runner (dua-duanya saya nonton dalam bahasa Jerman haha) dan setelah itu bersantai-santai, dengar musik, main game, nonton acara TV show, dan tidur. Makan disediakan 2 kali, dan saya senang dengan makanannya. 

yeay!
Setelah tiba di Dubai, hal yang pertama kami lakukan adalah mencari toilet. Saya lalu menambah satu lapisan celana saya karena di pesawat saya kedinginan. Saya berpikir kalau di pesawat saja saya kedinginan, bagaimana nanti kalau sudah tiba di Trondheim, yang notabene suhu dapat mencapai dibawah 0 derajat Celcius T_T Setelah itu kami melalui security check, dan langsung mencari gate kami. Bandara Dubai sangat besar, dan saya sarankan untuk transit tidak kurang dari 1 jam 30 menit karena bisa saja memerlukan setengah jam untuk berpindah gate. Kami harus turun lift sekali, lalu naik kereta (padahal masih satu terminal) untuk menuju gate kami. Pada saat sampai di sekitaran gate B dan gate C, saya sudah merasa familiar karena sebelum-sebelumnya saya selalu berangkat dari gate ini. Untungnya kali ini karena saya tidak sendiri, perjalanan terasa lebih menyenangkan, dan saya tidak perlu singgah kira kanan untuk belanja, hahaha. Pada saat kami tiba di gate B26, saya mengenal seseorang yang juga merupakan peserta ISFiT. Namanya Jacky, orang filipina yang kuliah di Melbourne, Australia. Saya lalu memanggilnya dan dia pun berkenalan dengan yang lain. Setelah itu, satu cewek juga datang dan bertanya "ISFiT ya?". Ternyata di Nindy, anak FSRD ITB. Kami sudah pernah kontak sebelumnya, tetapi ini pertama kali saya bertemu secara langsung. Katanya dari jauh dia sudah dapat mengenali saya (maklum sih badan gede gini juga haha). Dia menggunakan pesawat dengan jam yang berbeda, dan harus transit di Dubai selama 8 jam. Saya, Dita, Nindy, dan Amar hanya transit 1 jam 40 menit, tetapi harga tiket kami sepertinya lebih mahal sedikit. Meskipun transit 1 jam 40 menit, tetapi rasanya bagi kami sangat cepat karena pada saat kami tiba di gate, sudah hampir boarding. Tetapi saya menyempatkan diri untuk mengakses internet. Di Dubai internetnya gratis tapi hanya untuk 30 menit, selebihnya bisa bayar $9.95 untuk 1 bulan unlimited, atau $4.95 untuk 1 jam. Untungnya transit saya sebentar jadi godaan untuk membeli akses internet tidak ada (dan lagipula harus hemat).




Perjalanan Dubai-Oslo memerlukan waktu sekitar 7 jam, dan sekarang saya lagi duduk di pesawat untuk menulis. Jadi sampai paragraf ini saya sednag berada di sekitaran Rusia, dan lagi 696 miles (1118 km) menuju Oslo. Status saat ini : kekenyangan. Sebenarnya saya membuat diri saya sekenyang mungkin di pesawat agar saya tidak jajan di Norwegia. Harga di sana cukup mahal, dan jujur saja budget saya sangat terbatas. Seat saya di 21 A, dan di sebelah saya kosong tidak ada orang, jadi 3 kursi serasa milik saya sendiri *yeaaaaaaaaaaay*. Selama di perjalanan ini saya nonton Whiplash (tapi tidak sampai selesai, ketiduran), series Finding Carter 2 episode, dan sekarang lagi nonton New Girl season 3 (sudah 3 episode). Pesawat yang saya gunakan dari Jakarta-Dubai berbeda dengan pesawat ke Dubai-Oslo, dan pesawatnya yang ini sepertinya masih model lama karena program ICE (information, communication, entertainment)-nya tidak secanggih pesawat sebelumnya. Di pesawat sebelumnya saya dapat menambahkan playlist musik dari beberapa album yang berbeda, user interfacenya lebih bagus, ada usb chargernya, tetapi di pesawat ini tidak bisa dan UInya dan kecepatannya masih agak lambat. Entah kenapa jumlah film yang tersedia sudah jauh berkurang dari pertama kali saya naik emirates pada tahun 2010. Saya masih ingat waktu itu ada banyak sekali pilihan, dari Sound of Music, Harry Potter, Twilight, dll. Sekarang sangat sedikit dan terbatas.

Gamenya ada banyak

Perjalanan

Makanan di pesawat :3

Yeay bisa selonjoran
Sekarang pesawatnya sedang melewati Latvia, dan suhu diluar -5° celcius. Dari jendela sudah dapat terlihat salju. Meskipun ini bukan pengalaman pertama saya dengan salju, tetapi saya yakin saya juga tetap akan mengalami shock dikarenakan perbedaan suhu sekitar 20-25 derajat. 



Okay. Saya akan melanjutkan cerita saya setelah saya tiba di Oslo, atau Trondheim.

Okay, lanjut. Sekarang saya baru bangun dan sudah berada di rumah host family di Tronheim.

Setelah tiba di Oslo, kami pun melalui kantor imigrasi. Antriannya lumayan, dan saya yang paling terakhir terakhir melalui kartu imigrasi tersebut. Petugas hanya meminta invitation letter dari ISFiT dan juga menanyakan kapan saya akan kembali. Setelah itu, di luar pintu imigrasi, yang lain sedang menunggu saya dan ternyata ketambahan satu orang. Saya lupa siapa namanya karena susah disebut, tetapi cewek tersebut berasal dari India. Kami lalu jalan menuju tempat pengambilan bagasi, dan menunggu barang kami. Setelah semua mendapatkan barangnya, kami pun pindah ke gedung arrival karena kami akan menggunakan connecting flight ke Trondheim, sementara Nindy dan Amar menuju stasiun kereta karena mereka menggunakan kereta.

Jujur saja, saya sangat terpesona dengan kecanggihan di bandara Oslo Gardemoen ini. Pada saat kami masuk ke gedung arrival, kami berpisah untuk sementara karena pesawat yang kami gunakan berbeda. Saya lalu mencari counter SAS, tetapi kemudian melihat ada counter self-check in. Saya sudah check in terlebih dahulu melalui web, tetapi mesin tersebut bukan hanya untuk check in, tetapi juga untuk membuat checked-baggage tag. Dan karena saya mempunya kartu EuroBonus, saya hanya perlu kartu saya untuk check-in. Setelah mendapatkan tag untuk bagasi saya, saya lalu menuju counter self-bagage drop. Ini pengalaman pertama kali saya untuk melakukan self-bagage drop. Jadi koper diletakkan diatas timbangan (tapi tidak kelihatan berapa kg barang kita), terus kita mengambil scanner, dan meng-scan barcode yang ada di tag bagasi tersebut. Lalu, voila! Koper saya pergi. 

Bagdrop
Self check-in machine


Karena di luar bersalju, jadi ketika kami berkumpul kembali (berempat), kami pun memutuskan untuk keluar bandara untuk mengambil foto. Saya mencoba untuk tidak memakai jaket, dan sayangnya hanya bertahan 2 menit, setelah itu saya sudah tidak bisa merasaka tangan saya, hahaha. Setelah berfoto-foto, kami pun masuk. Dita kehilangan glovesnya, dan dia pergi bersama Aliya untuk mencari. Sementara saya menemani cewek India tersebut dan kami pun masuk duluan. Kami lalu berpisah di depan gate 19 (gate saya di situ). Karena Gate saya 19E, saya membutuhkan waktu sekitar 10 menit jalan dari depan gate 19. Tetapi saya mencari tempat duduk dan singgah sebentar untuk Skypean (tau dengan siapa lah haha). Setelah itu saya melanjutkan jalan ke depan gate saya. Pada saat di jalan saya melihat vending machine dan saya penasaran berapa harga minuman di sini. Sebotol air minum harganya 50ribu rupiah, dan sebotol coca-cola berharga 60ribu rupiah T____________T Saya shock liat harganya dan berharap dapat bertahan di Norway dengan budget yang terbatas.

survived for 2 minutes, then almost freeze to death
Di depan gate 19E, saya bertemu kembali dengan Jacky, dan kami berkenalan dengan seorang peserta lainnya dari Kenya, Loraine. Dan sebelum boarding kami juga kedatangan seorang lagi yang bernama Froillan, cowok dari Filipina tapi kerja di Saudi Arabia. Perjalanan Oslo - Trondheim berlangsung kurang dari sejam.



Summary perjalanan :
  • Surabaya - Jakarta : Garuda Indonesia 20.30-21.05 (GMT +7)
  • transit 3 jam di Surabaya
  • Jakarta - Dubai : Emirates 
  • transit 1 jam di Dubai
  • Dubai - Oslo : Emirates
  • transit 3 jam di Oslo
  • Oslo - Tronheim : SAS


Dan akhirnya, kami pun tiba di Trondheim! Perjalanan selama kurang lebih 27 jam pun akhirnya selesai. Kami lalu mengambil bagasi kami dan lalu menuju ke orang-orang yang berpakai baju ISFiT. Setelah mencatat nama kami, kami lalu menuju bus. Kami mendapatkan transportasi gratis selama di Trondheim dengan menunjukkan gelang kami. Perjalanan berlangsung sekitar setengah jam menuju Samfundet, di sini merupakan pusat kegiatan acara kami. Kami pun lalu mengantri untuk registrasi. Ada banyak orang di sana, dan sangat internasional. Setelah kira-kira mengantri 10 menit, saya pun registrasi. Saya mendapatkan tas yang berisi baju, kaos kaki rajut, buku, dan botol air minum. Setelah itu disuruh untuk mencari orang dengan jaket kuning untuk bertemu host. Saya lalu ke seorang cewek, dan dia mengantarkan saya ke seorang bapak, dan dengan peserta lain. Tetapi peserta tersebut tidak mau dengan saya karena dia mau sama seseorang yang berasal dari negaranya sendiri. Saya sangat kesal karena bapak tersebut terlihat sangat baik dan juga kesal terhadap cewek tersebut. Ini ISFiT, yang notabene International Student Festival, kapan bisa mengenal yang lain kalau hanya mau dengan orang yang dari negara sendiri? Saya masih ingat perkataan cewek tersebut. "Please, I want with her (tunjuk temannya), we're from the same country." Saya lalu mengalah karena saya tidak ingin tinggal bersama orang yang sejak awal tidak mau tinggal dengan saya. Kalau saya jadi dia, saya malah tidak mau satu tempat tinggal dengan seseorang dari negara saya, karena inilah kesempatan untuk mengenal orang dari berbagia penjuru dunia.

Jacky, Loraine, Froillan, Amun

Groupfie time!
Waiting at Samfundet

It's cold outside
Saya lalu pergi ke orang dengan jaket kuning yang lain, dan dia mengantarkan saya ke meja sebelah. Di sana saya ditanyakan nama, dan lalu langsung menunjuk satu orang. "He's your host," katanya. Saya pun lalu berkenalan. Seorang pria sektiar 50 tahun. Dan bukan hanya saya yang di host, melainkan 3 orang yang lain lagi, dan semuanya cowok ._. Mereka adalah Alexander dari Rusia, Benjamin dari Burundi, dan Xavier dari USA. Di perjalanan saya lalu berpikir bagaimana saya akan tinggal dengan 3 cowok lain. Saya juga berdoa semoga kami tidak satu kamar. 

Perjalanan menuju rumah berlangsung kurang lebih 10 menit. Kami lalu disuruh masuk dan ditunjukkan kamarnya. Untungnya saya ditempatkan sendiri di kamar anaknya yang perempaun (anaknya kuliah di kota lain), dan mereka bertiga tinggal sekamar. Setidaknya saya lega. Kami lalu bertemu dengan istrinya (Anna Betty), dan dia sangat ramah. Perkataan pria tersebut (Gudmund) sangat lucu. "Look, I manage to have one girl for you." Kami lalu dipersilahkan ke ruang makan. Jujur saya saya sudah sangat lapar.

Makanan yang disediakan adalah nasi dan ayam, juga ada selada dan brokoli. Makanannya sangat enak, dan setelah makan kami disediakan wafel. Saya tidak menyesal berada di rumah ini. Mereka juga mempunya piano, kontraass, violin, viola, gitar elektrik! Saya sempat bermain piano dan setelah itu mandi. Saya baru sadar saya tidak mandi selama di perjalanan, dan itu lebih dari 24 jam hahaha .___.v Setelah mandi, unpacking, saya sebenarnya ingin melanjutkan mengetik tetapi karena sudah ngantuk saya lalu memutuskan untuk tidur. Sekarang pukul setengah 5 shubuh, dan kelihatannya sebentar lagi saya akan melanjutkan tidur saya. Suhu sekarang 5 derajat.

Home from outside

FOOD!

from left to right : Dala, Benjamin, Xavier, Alexander, Gudmund

heaven :D

my room for the next 10 days
Hope you like my story! Jangan lupa untuk terus mengikuti perjalanan saya, saya akan berusaha mengupdate sesering mungkin.