A blog of everyday life and traveling experience.

Jumat, 29 Januari 2021

Second wave pandemi di Jerman: sebuah cerita

 Hallo!

Setelah postingan saya mengenai kehidupan di Jerman bulan maret lalu, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan cerita dari sebelum second wave, second wave, pengalaman saya mempersiapkan kepulangan ke Indonesia, pengalaman di Indonesia, persiapan balik ke Jerman, hingga tiba di Jerman lagi.  Sejujurnya, saat menulis pengalaman yang lalu, saya tidak habis pikir ternyata Corona ini masih belum berlalu di awal tahun ini. 

Rekap dari postingan lalu: setelah lockdown kurang lebih 6 minggu, kehidupan di Jerman akhirnya mulai normal kembali. 

(see the wave?)
sumber: google "coronavirus deutschland"


Kehidupan setelah Lockdown pertama

Setelah sedikit demi sedikit kehidupan mulai normal, harapan pun tiba. Pegawai-pegawai contractor di kantor yang lalunya harus diberhentikan akhirnya dipekerjaka, toko-toko mulai dibuka, dan yang terpenting: sebentar lagi liburan musim panas. Saya pun sempat senang karena Jerman dapat menghandle situasi ini dengan baik. Angka yang terinfeksi pun tiap harinya dibawah 1000. Peraturan kesehatan tetap diberlakukan, masker harus digunakan di tempat umum, orang-orang harus tetap menjaga jarak. 

Saya sendiri sempat menjadi "tersangka" kasus Corona dikarenakan saya sempat demam dan ada rekan kerja yang terkena. Dokter saya lalu merujuk saya untuk melakukan tes. Hasilnya sangat cepat, bahkan kurang dari 24 jam. 

Dalam hal travelling, Robert-Koch-Institut mengeluarkan daftar negara yang termasuk "daerah beresiko" (dapat dilihat di sini). Di mana wisatawan yang masuk ke Jerman dari negara sini harus melakukan karantina 14 hari ketika masuk tetapi karantina tidak diharuskan jika sebelum masuk (atau sesaat setelah mendarat) sudah memiliki hasil tes corona negatif. Saya masih tidak memutuskan untuk pulang ke Jerman karena "ingin menunggu situasi lebih baik aja akhir tahun nanti"

Oleh karena peraturan yang "agak ribet" itu, banyak masyarakat Jerman yang memilih untuk melakukan liburan domestik. Saya termasuk salah satunya. Pada tiap bulannya, saya setidaknya pergi short trip ke satu atau lebih kota, mengunjugi teman-teman saya yang pertemuannya sempat tertunda dikarenakan oleh lockdown. 

Intermezzo: Foto liburan

 
(Juni 2020, Hamburg)


(Juni 2020, Berlin)

 
(Juli 2020, Frankfurt)                                               (Juli 2020, Stuttgart)

 
                                   (Juli 2020, Heidelberg)                                                                       (Juli 2020, Black Forrest)  

Hingga saat September 2020, jumlah orang yang terdeteksi positif mulai naik. Dari dibawah 1000, perlahan naik all the way to 10.000 kasus di bulan Oktober. Saya sempat pergi mengunjungi teman di kota lain pada pertengahan Oktober, dan pada saat itu diberlakukan peraturan bahwa hotel tidak dapat menerima turis jika kota tempat tinggalnya memiliki insiden lebih dari 50/100.000 kasus. Pada saat awal liburan, kota saya masih berada di angka 25, tetapi pada saat pulang sudah hampir menembus 50. Di tengah liburan juga, di Bayern (Bavaria) menerapkan peraturan untuk wajib memakai masker di tempat umum terbuka, bukan hanya untuk di dalam saja. Saya sempat mengupdate status keadaan saat itu bagaimana di instagram saya (jika minat, dapat di tonton di sini)


(Agustus 2020, Nürnberg)                                                                     (Agustus 2020, Leipzig)


(September 2020, Düsseldorf)                                 (Oktober 2020, Aachen)

(September 2020, Haltern am See)

(Oktober 2020, Füssen)

Angka menembus 25.000 pertama kalinya pada tanggal 2 November 2020. Pemerintah sudah mulai was-was dan akhirnya, pada tanggal 2 November diberlakukan beberapa peraturan baru. Kami di sini menyebutnya "lockdown light/partial lockdown" yang akan diberlakukan untuk 1 bulan (hingga pertengahan Desember). Tujuan dari partial lockdown ini adalah agar masyarakat Jerman dapat menikmati liburan natal dan tahun baru bersama keluarga. 

Lockdown light:

Pembatasan yang berlaku:

  • Restaurant dan bar tutup, kecuali untuk takeaway (dan delivery)
  • Acara-acara besar dibatalkan
  • Perjalanan yang tidak penting sangat tidak disarankan
  • Tidak diperbolehkan untuk menginap di hotel dengan tujuan wisata
  • Disarankan untuk Work From Home
  • Untuk bertemu dipublik, hanya diperbolehkan dua rumah tangga  dengan maksimal 10 orang
  • Bioskop, teater, harus tutup. 
  • Tempat rekreasi publik seperti gyms, sauna dan kolam renang harus tutup. 
  • Tidak boleh ada keramaian pada acara olahraga (nonton online)
Yang tetap diperbolehkan:
  • Sekolah dan TK tetap buka
  • Acara keagamaan dan demonstrasi tetap diizinkan
  • Pnati jompo tetap dapat menerima tamu pengunjung
  • Toko tetap dibuka, akan tetapi untuk 1 customer per 10 kuadrat meter (artinya, jika tokonya 100 meter persegi hanya bisa menerima 10 customer untuk waktu yang bersamaan)
  • Batas negara tetap buka
Peraturan untuk wisatawan yang balik dari negara beresiko:
  • Harus mendaftar diri secara digital
  • Melakukan karantina selama 10 hari (yang awalnya 14 hari diubah menjadi 10)
  • tetapi bagi sebagi Bundesland (Provinsi), negatif test saat masuk ke Jerman tidak membuat wisatawan tsb bebas dari kewajiban karantina
  • Karantina dapat diperpendek menjadi 5 hari jika pada hari ke 5 dilakukan PCR test dan hasilnya negatif
Gimana untuk usaha-usaha yang akan tutup saat lockdown light ini?
Angela Merka menjanjikan pada usaha yang terpengaruh oleh peraturan baru ini akan dikompensasi. Perusahaan yang memiliki pegawai sampai 50 orang dan wiraswasta menerima 75% dari gaji mereka dalam bentu support. 

Selama 1 bulan November ini, menurut saya pribadi, tidak ada perubahan yang terlalu drastis, kecuali tidak bisa nongki-nongki cantik bareng teman di akhir minggu ataupun saat kerja. Untuk itu, saya malah jadinya lebih hemat uang makan karena lebih prefer untuk masak sendiri hehehe. Pemerintah tetapinya tetap mewanti-wanti, apalagi Black Friday yang akan terjadi di akhir November. 

Yang membuat saya agak resah adalah peraturan jika libur dari negara berisiko, harus karantina minimal 5 hari saat kepulangan. Saya berencana akan pulang ke Indonesia pada akhir tahun, dan dikarenakan hal ini, saya harus menambah libur saya selama 1 minggu dengan alasan akan melakukan karantina di rumah. Pekerjaan saya sendiri bukanlah tipe yang bisa WFH dan dikarenaka masalah perpajakan, kami tidak diperbolehkan bekerja di luar Jerman (ga bisa jadi digital nomads yang lagi trend saat ini, hehehe).

Sebelum "Lockdown Light" berakhir

Ternyata, langkah-langkah yang telah dilakukan selama hampir sebulan tidak sebegitu efektif yang diharapkan. Angka-angka tidak kunjung turun, bahkan pada tanggal 25 November 2020, angka menembuh 30 ribu untuk pertama kalinya. Pemerintah lalu menerapkan beberapa peraturan baru:
  • Larangan untuk mengkonsumsi minuman alkohol di atas jam tertentu
  • "Jam malam" untuk kota dengan insiden 200/100.000 kasus positif dalam 7 hari terakhir
  • (mungkin ada peraturan lain juga yang saya lupa) 
Pada akhir bulan November, peraturan lockdown light ini diperpanjang hingga pertengahan desember, dengan harapan bahwa pada pertengahan desember, jumlah kasus menurun dan masyarakat dapat menikmati liburan natal dan tahun baru bersama keluarga dan teman. 

Sebelum "Lockdown Light KEDUA" berakhir

Angka tidak menurun juga, bahkan rata-rata kasus selama 7 hari terus meningkat. Kalau dari pengalaman sih, peraturan kayak gini banyak yang PHP ya, hehehe. Berharap bakal selesai pertengahan Desember, tetapi malah diperketat. Mulai dari 16 Desember 2020 - 10 Januari 2021 diberlakukan peraturan yang jauh lebih ketat:
  • Semua toko harus TUTUP! (pengeculian restaurant take away dan delivery, supermarket, drug store, dan yang essential) 
  • JAM MALAM diberlakukan. Ini tergantung bundesland, dan di Bundesland saya diberlakukan. Penduduk dilarang untuk berkeliaran dan meninggalkan rumah dalam rentang waktu pukul 8 malam hingga 5 pagi. Diadakan pengecualian untuk beberapa kasus, misalnya alasan kerja. 
  • Sekolah dan TK diliburkan
    • Nah, ini sebenarnya yang jadi banyak dilemma. Saya sendiri sempat mengeluh, kenapa pemerintah tidak menutup sekolah aja dari awal dan melaksakan proses pembelajaran daring seperti yang Indonesia lakukan (apalagi di sini "kata"nya teknologi lebih canggih). Saya mengajak berdiskusi salah satu kolega di tempat kerja dan dia berkata hal ini susah terutama untuk orang tua yang harus bekerja. Anak-anak dibawah 12 tahun tidak boleh ditinggalkan di rumah sendiri, yang membuat ada minimal satu orang tua yang harus tinggal di rumah untuk mengurus anak. Dan rekan saya berkata, bahwa tidak segampang itu melakukan WFH dan mengurus anak secara bersamaan. Apalagi jika kedua orangtua tidak bisa melakukan WFH, itu berarti ada salah satu orang tua yang harus berkoban untuk menggambil unpaid leave atau cutinya untuk mengasuk anak. 
  • Jasa-jasa, misalnya jasa pijit dan salon juga harus tutup dikarenakan kontak yang sangat erat dengan pengunjung. 
  • Acara keagamaan tetap dapat dilaksanakan tetapi harus dengan jarak minimal 1.5 meter, harus menggunakan masker, dan untuk acara gereja, menyanyi bersama ditiadakan.
  • Perusahan-perusahaan diminta untuk menjalakan motto "Stay at home", dan ini lumayan ketat dilaksanakan, setidaknya oleh kantor saya. Setiap Jumat saya harus menghadiri meeting penting, dan yang biasanya tetap hadir semua dengan jarak, pada waktu itu hanya diizinkan maximal 8 orang di dalam ruangan.
Nah, tapi karena natal sudah dekat nih, diberlakukan beberapa pengecualian yang diberlakukan pada tanggal 23 Desember 2020 - 26 Desember 2020:
  • Pertemuan dengan 4 orang lain dari keluarga terdekat (atau teman) selain yang tinggal satu rumah di perbolehkan. (peraturan awal hanya boleh dengan 2 orang lain!)
Permasalahan dengan peraturan baru ini adalah peraturan tsb dikeluarkan sesaat sebelum natal, di mana adalah masa orang pada keluar untuk beli hadiah natal. Saya ingat, 1 hari sebelum Lockdown di mulai, mall dekat kantor saya sangat FULL hingga harus mengantri masuk (dan antriannya ga main-main, bisa sampai 2 jam berdiri). 

Kembali Lockdown

Perasaan yang saya rasakan agak sedikit suram, karena suasana kembali menjadi "kota mati". Saya tetap kerja dari kantor seperti biasa, dan saya dapat melihat perubahan drastis. Yang biasanya saya satu bus dengan anak-anak sekolah, busnya malah hampir kosong. Stasiun kereta pun sudah tidak banyak orang. Polisi-polisi juga semakin memperketat pemeriksaan pemakaian masker. Tetapi semua dengan harapan bahwa angka akan turun. 

Setelah kembali lockdown lagi, saya disibukkan dengan kerja dan mengepak barang untuk dibawa pulang ke Indonesia. Di postingan berikutnya saya akan menceritakan pengalaman saya travelling di tengah pandemi. 

Stay tune, and thanks for reading!

sumber data:
  • https://www.dw.com/en/coronavirus-germany-to-impose-one-month-partial-lockdown/a-55421241
  • https://www.baden-wuerttemberg.de/de/service/alle-meldungen/meldung/pid/bund-und-laender-einigen-sich-auf-lockdown-ab-16-dezember/