A blog of everyday life and traveling experience.

Sabtu, 02 Mei 2020

Hidup di Jerman selama pandemi.....


Halo semua!

Akhirnya setelah sekian lama tidak menulis, saya ingin berbagi cerita tentang kisah anak rantau dari awal berkembangnya Covid-19 hingga saat ini. Saya rasa banyak lesson learned yang kita bisa pelajari dari Jerman. Perlu diperhatikan kalau saya bukan expert, dan yang saya tulis dibawah ini berdasarkan dengan pengalaman dan pantauan saya pribadi :) 

Akhir Februari
Seingat saya, pertama kali penderita COVID-19 dideteksi pas akhir januari. Pada saat itu di Jerman masih santai-santai aja, cuman perusahaan tempat ybs di home-officekan karena sudah ada beberapa pegawai (dan keluarga pegawai) yg ikut tertular. Saya pergi ke Aachen dalam rangka business trip tgl 27 Februari. Di situ jumlah penderita sudah mulai naik (sekitar 50an) dikarenakan adanya acara Karnaval dimana banyak orang yg berkumpul dalam keramaian. 1 kota di dekat Aachen, Heinsberg, mengakarantinakan 1000 penduduknya dan termasuk dalam zona merah.

Reaksi orang-orangpada saat itu sudah mulai sedikit lebih panik, tetapi kehidupan masih berjalan seperti biasanya. Kalau boleh jujur, saya waktu itu masih menyepelekan dan tidak terlalu aware (masih berpikir, ah, jumlah penderita masih sedikit. Penduduk Jerman kan 80juta orang). Beberapa orang sudah mulai panic buying, tetapi saat itu masih menjadi hal tertawaan (dilihat dari habisnya tissue toilet, pasta hingga tepung karena katanya kalau roti sudah habis, rotinya bisa buat sendiri).


confirmed case 27 februari: 46 orang

Awal Maret
Saya kembali ke Stuttgart dengan tenang dan kehidupan masih berjalan seperti biasa. Perjalanan bisnis berikutnya ke Aachen sudah ditentukan (20 maret) dan saya sangat yakin bahwa tidak akan ada masalah dan saya masih bisa ke Aachen. Saya juga sudah merencakan bersama teman-teman saya untuk liburan singkat pada weekend setelah business trip saya. Hotel sudah ditentukan, ruang karaoken sudah di booked (di Jerman jarang soalnya yang ada hahaha), rencana perjalanan sudah mantap. Saya bahkan masih sempat pergi ke konser pada tanggal 8 maret!
confirmed case 8 maret: 1000 orang

Pada tanggal 14 maret, jumlah confirmed case meningkat pesat menjadi 4600 orang. Orang-orang sekitar sudah mulai panik, tetapi belum ada kebijakan dari pemerintah. Belum ada toko yang tutup. Pada weekend itu saya bersama teman saya janjian ketemu di Stuttgart untuk makan siang, dan kami sudah bisa melihat bahwa untuk hari sabtu, pusat kota Stuttgart sudah sangat sepi. Restaurant fast-food five guys yang biasanya harus antri sampai 2 jam, kami hanya perlu mengantri 10 menit.


Asia-Shop yang biasanya selalu rame
Pertengahan-Akhir Maret
Pada tanggal 16 Maret, perusahaan saya sudah memberitahukan policy WFH. Tetapi karena nature pekerjaan saya yang kebanyakan harus bekerja on-site pada klien, saya mau tidak mau harus tetap ngantor seperti normal. Pada awal minggu itu, saya sudah melihat pemerintah lokal sudah mulai bergerak dalam mengupayakan pencegahan penyebaran. Di bus, di mana kami biasanya harus masuk dari pintu depan untuk menunjukan tiket sudah di blocked. Penumpang bus hanya bisa masuk lewat pintu tengah atau belakang, dan hanya diperbolehkan untuk berbicara kepada supir bus dalam keadaan darurat. Pembelian tiket hanya bisa dilakukan online, atau melalui bus di beberapa halte bus. Hal ini menurut saya merupakan hal yang cerdas dikarenakan supir bus merupakan tipe pekerjaan yang sangat rentan untuk tertular dan menulari jika dilihat dari jumlah interaksi yang harus dilakukan kepada penumpang (apalagi kalau banyak yang membeli tiket). 

Di kantor klien pun saya masih melihat kalau mereka belum memperlakukan kebijakan WFH pada hari senin (saya harus menelfon beberapa orang untuk menanyakan policy saya sebagai external, tetapi dari mereka tidak ada yang berubah). Tetapi pada hari rabu, saya ditelfon dan diberitahukan kalau ingin ke sana harus "diizinkan" dulu karena hanya yang diperbolehkan yang bisa kerja langsung dari sana. Hal ini menurut saya juga sangat cerdas, karena jika worst case ada yang kena, ODP akan lebih gampang dilacak. Hari ini sudah sangat jelas kalau perjalanan saya ke Aachen harus batal.

Saya sudah mulai parno bakalan kehabisan bahan makanan, dan memutuskan untuk langsung ke supermarket setelah kerja untuk belanja keperluan makanan yang cukup untuk beberapa hari kedepan untuk meminimalisirkan keluar rumah. Di supermarket, toilet paper, pasta, beras roti, teruga, saus pasta sudah habis. Tetapi sebagai anak Indonesia, tentunya saya tidak terlalu khawatir karena untuk worst case, persediaan Indomie masih ada (hehe, jarang makan soalnya). Di mall tsb tempat saya belanja, semua toko masih buka, kecuali apple store. 

Pada hari ini ibu Angela Merkel menggelarkan konferesi pers dan meminta warga Jerman tetap untuk solid. Saya mengutip perkataan beliau, "Tidak pernah kita diminta untuk solid seperti ini sejak perang dunia dan hari persatuan Jerman Barat dan Timur." Beliau juga menjamin bahwa kita di Jerman tidak akan kehabisan bahan makanan, dan menghimbau agar warga tidak menimbun makanan. Tidak lupa juga beliau mengucapkan terima kasih kepada pegawai-pegawai supermarket. Videonya bisa dilihat di sini: (bahasa Jerman) 
confirmed case 16 maret: 7.300 orang

Tanggal 17 maret, saya jalan-jalan sore di sekitar rumah (tentunya dengan jaga jarak), taman bermain untuk anak-anak masih buka. Masih banyak yang nongki-nongki cantik di restaurant dan cafe-cafe lokal. Dari kantor, mereka juga meminimalisirkan jadwal saya untuk harus kerja langsung di sana, dan akhirnya saya juga mengikuti sebagian besar orang yang WFH (dengan jadwal yang jelas kapan saya harus kerja di kantor)
confirmed case 17 maret: 9.300 orang

Tanggal 18 maret, saya jalan-jalan sore lagi (tipe pekerjaan saya harus banyak bergerak kesana kemari soalnya, jadi  masih dalam tahap pembiasaan diri untuk duduk banyak depan laptop dan ngoding), dan taman bermain yang kemarin masih buka sekarang sudah tutup.
confirmed case 18 maret: 12.300 orang

Tanggal 20 maret, pemerintah akhirnya menerapkan kebijakan PSBB (di sini namanya Ausgangbeschränkungen, tapi untuk lebih gampangnya saya sebut PSBB saja) untuk seluruh Jerman (beberapa Bundesland sudah menerapkan ini beberapa hari sebelumnya). Peraturan ini dibuat untuk membatasi ruang pergerakan untuk meminimalisirkan penyebaran CoVID-19. 


  1. Semua restaurant harus tutup, kecuali yang menyediakan layanan take-away atau delivery.
  2. Semua tempat wisata tutup (museum, hotel, park dkk) 
  3. Semua toko kecuali supermarket, apotik dan drogerie store harus tutup (jasa seperti praktik dokter atau tukang masih tetap berjalan)
  4. Larangan untuk berkumpul lebih dari 3 orang di tempat umum, pengecualian yang tinggal bersama (keluarga, atau teman kontrakan misalnya). Olahraga (sendiri) dan jalan-jalan sore untuk udara segar diperbolehkan. -> ini dendanya bisa sampai 400 juta rupiah kalau melanggar
  5. Tidak boleh mengadakan pesta (maupun privat). Hanya dibolehkan melayat jika yang meninggal keluarga dekat
confirmed case 20 maret: 19.300 orang

Tanggal 21 maret, saya harus belanja lagi dikarenakan stok makanan sudah habis (indomie hanya akan digunakan kalau memang sudah tidak bisa keluar hehehe). Di mall tempat saya belanja (soalnya sudah hafal layout supermarketnya), setiap orang yang ingin masuk di mall akan ditanyakan keperluannya apa (kalau ga penting dan hanya ingin jalan-jalan saya dilarang masuk). Mall yang biasanya hidup sudah kayak kota mati. Yang buka hanya supermarket dan drogerie store. 

Pelajaran yang sampai tanggal tersebut saya dapat adalah: jangan menyepelekan. Saya termasuk kategori orang yang menyepelekan di awalnya dan termasuk santai. Tetapi inilah hasil dari banyak yang menyepelekan. Dalam sebulan jumlah meningkat pesat. Dari saya pribadi, saya merasa akhir maret itu seperti "darkest hours" untuk di Jerman. Banyak bisnis yang kesusahan bahkan sampai bangkrut dikarenakan tidak diperbolehkan untuk beroperasi.

Pemerintah di Jerman (lokal maupun nasional) sangat berupaya keras untuk tetap menjalankan ekonomi rakyatnya. Setau saya (dari baca-baca), untuk perusahaan kecil dengan batas pegawai tertentu dapat apply untuk mendapatkan bantuan langsung (bukan pinjaman) sekitar 150-300juta rupiah. Untuk pekerja yang terpaksa tidak bisa bekerja (misalnya pekerja pabrik), perusahaan mereka bekerja sama dengan pemerintah lokal untuk menerapkan "kurzarbeit" (kerja singkat) di mana meskipun pegawai tsb hanya bisa bekerja sedikit (atau bahkan tidak bisa sama sekali), pemerintah kota tetap akan menggaji sekitar 60% dari total gaji bulanan. Saya rasa sesuai kebijakan perusahaan masing-masing dan tidak semua perusahaan menerapkan ini. Lebih lengkapnya mengenai apa itu "kerja singkat" bisa dibaca di sini.

Komunitas juga bersatu untuk membantu orang-orang yang termasuk dalam "risk group", terutama lansia, misalnya dengan membantuk mereka untuk belanja di supermarket supaya mereka tidak harus keluar rumah. Beberapa toko-toko lokal seperti bakery juga mengadakan free delivery khusus untuk lansia. (Kudos!!!!)

Saya menghabiskan kebanyakan waktu di rumah, dan seperti kebanyakan orang lainnya, mengisi BINGO di instagram (wkwkwkw). Pada akhir bulan saya harus kerja dari kantor 1-2 hari, dan saya dimana-mana saya melihat sangat jarang orang. Bus pun serasa mobil pribadi karena biasanya tidak ada penumpang lain selain saya. 
confirmed case 21 maret: 21.200 orang
30 maret: 66.900 orang

Awal April - the new "normal"
Saya rasa pada awal bulan april ini kebanyakan orang-orang sudah mulai menyesuaikan dengan keadaan PSBB yang sudah beberapa minggu diberlakukan. Di mana-mana sudah tidak perlu diberitahukan lagi untuk menjaga jarak, di supermarket misalnya, antri sudah mulai otomatis minimal 1.5meter diantara satu sama lain. Tentu saja masih ada yang melanggar peraturan (terutama ABG), tetapi jumlahnya sudah sangat berkurang. Dikarenakan ada long weekend pada Paskah, polisi dengan ketat melakukan pemeriksaan terutama di jalan tol untuk mencegah arus mudik. Saya juga sudah mulai lebih sering dijadwalkan untuk kerja di kantor. Bahasa Jerman saya jadi tidak selancar yang biasa lagi karena jarang berinteraksi dengan manusia (kalau ke kantor kebanyakan ngomongnya sama mobil wkwkwk).

Meskipun it has been a new normal, tetapi tetap saja pertanyaan besar yang hampir ada di setiap orang, "Sampai kapan?"
confirmed case 1 april 77.900 orang
14 april: 130.100 orang

Pertengahan - Akhir April - "Hope is there"
KABAR GEMBIRA UNTUK DUNIA PERKENOMIAN DI JERMAN... Dari tanggal 15 April (akhirnya setelah kurang lebih 4 minggu), peraturan PSBB mulai dilonggarkan, yaitu:

  1. Toko-toko kecil (luas hinggal 800 meter persegi) diperbolehkan untuk buka dengan beberapa peraturan (misalnya, pengunjung dibatasi. Estimasinya 10 meter persegi/pengunjung, jadi kalau tokonya cuma 4x5 meter maks hanya 2 pengunjung di dalam toko teresebut). 
  2. Jadwal bus sudah kembali seperti normal. 
  3. Hotel masih tetap harus tutup. 
  4. Tempat beribadah (mesjid, gereja, sinagog) juga masih tetap harus tutup. 
  5. (Peraturan yang lain, misalnya max kerumunan di tempat umum masih tetap diberlakukan)

Dan mulai tanggal 20 April untuk seluruh Jerman diberlakukan "Maskenpflicht" atau wajib memakai masker jika berada di tempat umum, misalnya ketika belanja, di bus dan di kereta. Masker yang digunakan bisa masker kain, atau apapun yang jelas menutupi mulut dan hidung (misalnya syal). Saya beruntung waktu itu sempat bawa masker 1 pack dari Indonesia dan belum digunakan. Karena harga masker kain di website di sini mahal dan juga karena lockdown di Indonesia dan tidak bisa jasa titip, saya akhirnya membeli masker kain dari orang Indonesia di FJJB PPI Jerman (harga lebih terjangkau, ini sekalian promosi hehehe). 
confirmed case 30 april 163.000 orang

Mei onwards - "Will the condition be better?"
Apakah PSBB di Jerman ini membuahkan hasil? Kalau kita melihat statistik di bawah ini (jumlah daily case), dapat dilihat bahwa setelah beberapa minggu mulai menurun. Tentu saja masih ada kekhawatiran, dan peluang second wave masih sangat tinggi dikarenakan jumlah orang yang keluar rumah sekarang jauh lebih banyak dari sebulan terakhir ini. 


marker merah: PSBB dimulai. marker hitam: PSBB dilonggarkan. marker biru: wajib masker


LESSONS LEARNED


  1. PSBB ITU SANGAT PENTING. Kalau tidak harus keluar rumah, mohon jangan! Kalau bisa WFH, tolong WFH!!!! Saya tau kebanyakan masyarakat Indonesia sangat sosial dan susah untuk tidak bertemu dengan rekannya, tetapi PLEASE TAHAN DULU. Kita beruntung bahwa kita hidup di jaman yang bertemu secara virtual itu gampang. 
  2. JANGAN MENYEPELEKAN.
  3. BANTU SESAMA DENGAN SOCIAL DISTANCING
Semoga tulisan saya kali ini bisa membantu dan terima kasih sudah membaca! 


sumber gambar dan confirmed case:  https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6


2 komentar on "Hidup di Jerman selama pandemi..... "
  1. Insightful but the letters are very small

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you sir for your input! I had updated the post with bigger letters :)

      Hapus